Tuesday 24 May 2011

“BOLA” Bukan Untuk Diper-“TUHAN”-kan

Kecintaan terhadap permainan sepak bola makin hari makin mewabah dan begitu digandrungi oleh jutaan umat manusia seantero dunia. Apalagi pada tahun ini berlangsung perhelatan akbar piala dunia yang diselenggarakan di Afrika Selatan selama satu bulan penuh (11 Juni - 11 Juli 2010). Demam piala dunia ini boleh diakui semakin mewabah para pencinta bola. Dimana-mana hampir orang dengan berbagai macam latar belakangnya masing-masing ikut membicarakan sepak bola. Berbagai macam dukungan terlihat bukan hanya di negara yang mengirimkan para pemainnya, namun juga hampir seluruh negara mengumandangkan dukungannya terhadap tim kesayangan yang bukan dari negaranya sendiri.
Bahkan banyak dari penggila sepak bola yang merelakan dirinya untuk begadang sampai pagi. Hal ini tidak lain bertujuan agar mereka tidak melewatkan aksi para pemain dan tim favoritnya berlaga di lapangan hijau. Komunitas ini sepertinya tidak menghiraukan kapan waktu tayang pertandingan, yang terpenting bagi mereka adalah tidak melewatkan tim kesayangan mereka beraksi di lapangan. Bahkan ada di antara mereka sampai mengubah pola hidup, misalnya dari yang tadinya tidak terbiasa minum kopi lalu minum kopi agar bisa menyaksikan pertandingan yang berlangsung selama 90 menit itu.
Lebih parah lagi ada segolongan komunitas yang mereka memiliki kegemaran judi bola, mereka akan memanfaatkan moment seperti ini untuk bertaruh, dari mulai jumlah yang terkecil hingga terbesar, dari sistem manual hingga online. Datangnya piala dunia ini juga kadang dijadikan sebagai “kambing hitam” menurunnya produktifitas kerja maupun aktivitas lainnya dengan alasan begadang karena nonton bola. Kesehatan juga menurun dan hubungan pertemananpun terkadang menjadi terganggu gara-gara berbeda tim jagoan atau selisih pendapat dalam menganalisa kejadian pertandingan.
Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya moment piala dunia dan kecintaan kepada bola ini tidak melampaui batas kewajaran. Dalam artian moment seperti ini tidak mengurangi nilai ibadah maupun kualitas iman terhadap Allah SWT. Karena tidak sedikit dari para pecinta bola yang merelakan waktu ibadahnya terbuang disebabkan moment ini. Mereka melalaikan shalat sunnah malam bahkan ada sebagian dari mereka yang meninggalkan shalat fardhu ‘shubuh’ disebabkan menyaksikan pertandingan sepak bola.
Hal ini mengindikasikan bahwa sepak bola dianggap lebih prioritas dibandingkan perintah agama. Secara langsung maupun tidak langsung, mereka telah menganggap bahwa perintah Tuhan masih kalah penting dengan pertandingan sepak bola. Akhirnya Tuhan-pun di nomor duakan. Sepak bola yang semestinya dijadikan sebagai hiburan kini sudah dimaknai lain.
Dari sini maka terlihat bahwa sepak bola sudah di-tuhan-kan. Karena istilah “Tuhan” (al-ilah) sendiri dalam Al-Qur’an tidak hanya bersifat sesuatu yang abstrak saja tetapi juga segala bentuk apapun yang sifatnya diagungkan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Jasyiyah/45 ayat 23 dan surat Al-Furqon/25 ayat 43: "Tidakkah kamu perhatikan betapa manusia meng-ilah-kan keinginan-keinginan pribadi mereka .?"
Ayat Al-Qur’an tersebut mengindikasikan bahwa Tuhan (al-ilah) adalah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai (didominasi) olehnya. Perkataan "dipentingkan" hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Dan sepak bola sudah masuk dalam wilayah “dipentingkan” tersebut.
Berkesesuaian dengan ayat tersebut, syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sendiri memberikan definisi Tuhan (al-ilah) sebagai berikut: Al-ilah ialah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati; tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo'a dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (dalam bukunya Dr. Yusuf Qardawi, Haqiqat Al-Tauhid). Berdasarkan definisi ini dapatlah difahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Dan salah satu bentuk Tuhan modern sekarang ini adalah sepak bola.
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa jika demikian maka posisi Tuhan telah tergeserkan bahkan bisa dikatakan tersingkirkan oleh si kulit bundar. Anggapan Tuhan yang bersifat kekal dan tak terbatas oleh ruang dan waktu kini telah hilang. Tuhan dalam manusia modern saat ini hanya dipandang apabila Tuhan bisa secara konkrit mewujud dalam pandangan kasat mata manusia. Tuhan yang merealita dan menawarkan kesenangan melimpah. Tuhan yang bisa membuat mulut tertawa gembira, tangan bertepuk kencang dan mata terpesona menatap riang. Dan sepertinya sepak bola telah memenuhi semua kriteria ini.
Karena permainan bola, banyak diantara manusia mengesampingkan agamanya. Piala dunia sebagai ajang kompetisi sepak bola dunia telah membuat segolongan manusia mengesampingkan agama yang dianutnya. Bola seakan menjadi segalanya. Sebagian para penggila bola rela meninggalkan kewajiban agama demi dan karena-nya. Bola telah menjadi Tuhan, dipuja, disembah melebihi Tuhan yang sebenarnya. Bola kini bukan lagi sebagai hiburan penghilang kepenatan setelah beraktivitas seharian namun lebih dari itu.
Sungguh amat “wajar” jika sepak bola dijadikan sebagai hiburan, namun sangat “kurang ajar” jika sepak bola kemudian menjadi sesembahan yang dipertuhankan. Bola hanyalah salah satu wujud kreativitas manusia. Oleh karenanya posisi bola seharusnya diletakkan sebagaimana mestinya. Jangan kemudian diprioritaskan melebihi Tuhan atau semisal dengan-Nya. Karena Tuhan sebagaimana yang dipahami secara umum dan dijelaskan dalam berbagai macam kamus -seperti kamus al-Muhith- Tuhan berarti sesuatu yang disembah (ma’luh) atau dalam “Dictionary of Religion” Tuhan berarti yang bersifat suci (the Holy) dan sakral (the Sacred), oleh karenanya tidaklah sesuai jika posisi Tuhan kemudian disejajarkan dan digantikan dengan term “bola/sepak bola” yang merupakan bentuk ciptaan dan kreativitas manusia. Wallahu a’lam bish-shawwab.

No comments: