Wednesday 1 June 2011

BARUCH DE SPINOZA & BLAISE PASCAL SEJARAH & PEMIKIRANNYA

Oleh: Alex Nanang Agus Sifa (tugas mata kuliah Filsafat Barat semester 3)

Beberapa tahun terakhir ini, muncul pemikiran-pemikiran nyeleneh dari kalangan umat muslim sendiri. Dikatakan nyeleneh karena pemikiran-pemikiran tersebut belum ada sebelumnya dan di luar dari kebiasaan (tradisi) umat muslim. pemikiran-pemikiran tersebut muncul dari sebuah komunitas yang mengatasnamakan dirinya sebagai JIL (Jaringan Islam Liberal). Komunitas yang diprakarsai oleh Ulil Abshar Abdalla ini mengusung tema kebebasan dalam berpkir dan menjunjung tinggi HAM (Hak Asasi Manusia). Dengan dalih kebebasan berpikir dan menjunjung tinggi HAM, mereka mengesampingkan wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah) dan mengedapkan rasio. Akhirnya dalil-dalil yang sudah jelas bersifat Qath’i (naql) itu, seperti sudah tidak layak lagi menjadi sandaran hukum serta tidak transparan lagi untuk diterapkan zaman sekarang. Ujung-ujungnya kemampuan akal (rasio) dianggap segala-galanya, bahkan sampai dipertuhankan. Inilah salah satu fenomena yang terjadi dikalangan umat muslim. Semuanya ini tidak lepas dari pemikiran rasionalisme barat yang masuk dalam diri sebagian umat muslim. Diantara beberapa pemikir rasionalisme barat tersebut adalah Spinoza dan Pascal.
Baruch De Spinoza (1632-1677)[1]
Baruch De Spinoza lahir di Amsterdam pada tanggal 24 November 1632.  Dia adalah keturunan yahudi dan ayahnya seorang pedagang yang kaya. Di masa kecilnya, dia sudah menunjukkan kecerdasannya, sehingga para rabbinya berharap kelak dia bisa menjadi seorang rabbi. Dia tidak hanya belajar matematika, tapi juga bahasa Latin, Yunani, Belanda, Spanyol, Perancis, Yahudi, Jerman dan Italia. Spinoza tidak puas dengan dengan ajaran-ajaran kuno dalam agamanya dan lambat laun dia memihak cara berpikir modern yang banyak dipengaruhi oleh Descrates. Di tahun 1656,[2] Spinoza dikucilkan dari sinagoga. Dia dianggap mati oleh komunitasnya , bahkan seorang Yahudi pernah berusaha menikamnya untuk menyenangkan hati Yahwe. Spinoza menjadi pendobrak dogmatism. Spinoza meninggal tanggal 21 Februari 1677, pada usia 44 tahun setelah lama menderita TBC paru-paru.
Blaise Pascal (1623-1662)[3]
Blaise Pascal lahir di Perancis pada tanggal 19 Juni 1623. Ayahnya adalah ketua Cour des Aides di Clermont, seorang penarik pajak di wilayah Auvergene Perancis. Sejak kecil dia sudah terlihat kecerdasannya. Konon dia tidak pernah mengunjungi sekolah resmi dan dididik ayahnya secara ketat. Dia meminati fisika dan matematika. Jika rekan-rekan sezamannya menekankan rasio melebihi iman, sementara Pascal sebaliknya, dia lebih menekankan iman daripada rasio. Dengan menegaskan iman dan wahyu dapat mengatasi situasi manusia. Dia meninggal pada tanggal 19 Agustus 1662 di Paris. Karyanya yang termasyhur adalah Pensee Sur La Religion (pemikiran-pemikiran tentang agama).
Perbedaan antar pemikiran Descartes, Spinoza dan Pascal
No
Segi
Filsuf
Pemikiran
Keterangan


1.


Dasar akhir
Descartes
Pada cogito, subjectivitas, pikiran/kesadaran
Pemikiran Blaise Pascal disatu pihak dia menampakkan kesamaan dengan Descartes dan Spinoza, yaitu dia mencintai ilmu pasti dan ilmu alam, akan tetapi di lain pihak dia menampakkan perbedaan dengan Descartes dan Spinoza, yaitu dalam hal akal. Menurut Pascal, akal tidak dapat merumuskan dalam pengertian-pengertian yang memadai.[1] Dan juga Pascal lebih menekankan iman daripada rasio. Oleh karena itu Pascal beraliran dualisme, yaitu disatu pihak dia meminati ilmu pengetahuan modern, tapi di lain pihak dia adalah seorang pembela iman.
Spinoza
Pada substansi “sesuatu yang ada pada dirinya sendiri dan dipahami melalui dirinya sendiri


2


Substansi
Descartes
3 substansi yang saling berkaitan (pikiran, kejasmanian / keluasan / eksistensi, Allah)[2]
Spinoza
Hanya ada satu substansi dan substasnsi itu adalah Allah[3]


3


Kejasmanian/keluasan/eksistensi
Descartes
kejasmanian/keluasan/eksistensi adalah substansi
Spinoza
kejasmanian/keluasan/eksistensi bukanlah substansi tapi attribute “sesuatu yang ditangkap intelek sebagai hakikat substansi”


4


Pikiran
Descartes
Pikiran adalah substansi kenyataan yang berdiri sendiri dan pikiran disebut jiwa
Spinoza
Pikiran adalah attribute dari substansi tunggal dan substansi tunggal adalah Allah


5


Allah
Descartes
-           Manusia memiliki ide Allah, maka Allah itu ada, jadi adanya Allah tergantung pad ide manusia (Allah adalah ide bawaan)
-           Allah adalah suatu pribadi yang menciptakan dunia
Spinoza
-           Allah adalah alam dan bersifat tunggal, jadi batu/pohon yang tampak dihadapan manusia tidak lain adalah Allah yang menampakkan diri[4]
-           Allah adalah suatu kesatuan umum


6


Jiwa dan badan
Descartes
Jiwa dan badan adalah dua realitas yang terpisah (dualism)
Spinoza
Jiwa dan badan adalah kenyataan tunggal yang sama



7



Kebebasan
Descartes
Kebebasan manusia dituntun berdasarkan penyelenggaraan Ilahi (otonomi manusia tidak pernah mutlak)
Spinoza
Setiap tindakan manusia disebabkan oleh rangkaian hubungan sebab akibat

KRITIK
Kritik atas Spinoza
Menurut Spinoza Allah adalah alam dan kenyataan tunggal, menurutnya batu/pohon yang tampak dihadapan manusia tidak lain adalah Allah yang menampakkan diri, jadi alam semesta ini sakral dan religius, segalanya ada dalam Allah, tak ada yang di luar dia, manusiapun tak lain dari pikiran Allah.
KRITIK: Menurut saya, pendapat Spinoza berbeda sekali dan bertentangan dengan ajaran monoteis (islam), karena dalam ajaran monoteis (islam) menganggap bahwa Allah sebagai pencipta alam semesta bukan Allah yang menampakkan diri-Nya menjadi alam. Jadi menurut saya, ajaran Spinoza salah dan menyimpang, karena Allah tidaklah bersatu dengan alam (monism/panteisme) tapi Allah adalah pencipta alam dan bersifat personal serta memisahkan diri dari ciptaan-Nya.
Kritik atas Blaise Pascal
Pascal terkadang menyejajarkan hati dengan kehendak yang berkaitan dengan kepercayaan tetapi terkadang dia juga melukiskannya sebagai kemampuan untuk mengetahui. Dan menurutnya manusia bisa mengetahui Allah secara langsung dengan hatinya.
KRITIK: Menurut saya, pernyataan Pascal diatas menunjukkan bahwa dia tidak mempunyai prinsip, dia tidak bisa membedakan yang mana fungsi hati dan yang mana fungsi rasio (akal), akhirnya dia menyamakan antara fungsi hati dan fungsi rasio (akal). Pascal juga menganggap bahwa manusia bisa mengetahui Allah  secara langsung. Menurut saya, selama manusia hidup di dunia, dia tidak bisa mengetahui Allah secara langsung karena manusia penuh dengan keterbatasan. Manusia bisa mengetahui Allah secara langsung ketika di akhirat nanti, itupun dengan persyaratan dia beriman kepada Allah dan mengerjakan amal shalih ketika hidup di dunia.

[1] Dr. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hal. 25-26
[2] The first part of Spinoza’s ethics is entitled “concerning God”, but it might just as well have been entitled “concerning nature” since for him the two terms turn out to be intercahangable. And it would have been still better if it had been entitled “concerning substance”.  For this term is the most basic of the three………..God or as nature (Richard schacht, classical modern philosopers; Descartes to Kant (London: Routledge & Kagan ltd, 1993), hal. 75)
[3] If, as Spinoza argues, there is one substance, and if there cannot be two or more substances, then it follows that everything that exists must in one way or another be a part of that one substance. (ibid,. Richard schacht, classical modern philosopers; Descartes to Kant, hal 82)
[4] So, nature satisfies the definition of God. (ibid., Donald M. Borchert, Encyclopedia of Philosophy, hal. 173)
 

DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat (Jakarta: PT Gramedia, 2005, cet ke-4)
Borchert, Donald M., Encyclopedia of Philosophy (USA: Thompson Gale, 2006, vol 9)
Hadiwijono, Dr. Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: Kanisius, 1980),
Hardirman, F. Budi, Filsafat Modern; dari Machiavelli sampai Nietzsche (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007, cet ke-2)
Ismail, DR. Ir. Muhammad Al-Husaini, Kebenaran Mutlak (Jatiwaringin: Sahara, 2006 ) Mudhafir, Ali, Kamus Istilah Filsafat, (Yogyakarta: Liberty, 1992, cet ke-1)
Schacht, Richard, classical modern philosopers; Descartes to Kant (London: Routledge & Kagan ltd, 1993)



[1] F. Budi Hardirman, Filsafat Modern; dari Machiavelli sampai Nietzsche (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007, cet ke-2), hal. 43-46
[2]  Sometimes between 1656 and 1661 it appears that Spinoza did some formal study of philosophy at the university of Leiden. (Donald M. Borchert, Encyclopedia of Philosophy (USA: Thompson Gale, 2006, vol 9), hal. 170)
[3] Ibid., Hardirman, F. Budi, Filsafat Modern, hal. 58-60
[4] Dr. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hal. 25-26
[5] The first part of Spinoza’s ethics is entitled “concerning God”, but it might just as well have been entitled “concerning nature” since for him the two terms turn out to be intercahangable. And it would have been still better if it had been entitled “concerning substance”.  For this term is the most basic of the three………..God or as nature (Richard schacht, classical modern philosopers; Descartes to Kant (London: Routledge & Kagan ltd, 1993), hal. 75)
[6] If, as Spinoza argues, there is one substance, and if there cannot be two or more substances, then it follows that everything that exists must in one way or another be a part of that one substance. (ibid,. Richard schacht, classical modern philosopers; Descartes to Kant, hal 82)
[7] So, nature satisfies the definition of God. (ibid., Donald M. Borchert, Encyclopedia of Philosophy, hal. 173)

No comments: