Monday 23 May 2011

AKU 2


By: Alex Nanang Agus Sifa 
Selama Tuhan-ku masih memercikan setetes air kehidupan  bagi-ku, maka aku akan terus mencari siapa diri-ku. Kini aku mencari hakikat-ku melalui perspektif filsafat yang saat ini mengitari-ku. Akankah dengan filsafat aku bisa mengetahui siapa diri-ku? Atau dengannya aku hanya menghabiskan waktu yang diamanahkan oleh Tuhan-ku

Kata orang, filsafat itu tak bermanfaat, kata orang, filsafat itu menjadikan sesat”. Kenapa banyak orang membenci filsafat? Apa yang salah dari filsafat? Kenapa orang-orang banyak yang menjauhinya?. Sebenarnya, Semacam apakah filsafat itu? Kenapa aku berfilsafat? Apa yang bisa aku dapatkan dari filsafat? 

Filsafat yang secara bahasa adalah cinta pada kebijaksanaan berarti mengajak orang yang mempelajarinya agar bijaksana (menempatkan sesuatu pada tempatnya). Jadi dengan filsafat seseorang belajar untuk mengerti dan memahami siapa dirinya, bagaimana dia memperlakukan dirinya serta apa yang harus dia perbuat untuk dirinya. 

Melalui filsafat aku bisa mengetahui siapa diri-ku, kenapa aku ada dan untuk apa aku diadakan. Adanya aku tentunya tidak ada dengan sendirinya. Adanya aku berarti menunjukkan ada yang menciptakan-ku. Yang menciptakan-ku tentunya memiliki kemampuan lebih dari-ku, tidak terbatas dan mutlak adanya. Dialah Tuhan Yang Maha Esa (Allah Subhanahu wa Ta’ala) yang tak ada satupun yang menyamainya.

Untuk itu Tuhanku harus satu. Karena jika Tuhanku dua, tiga atau lebih banyak dari itu, maka Tuhan tidak kuasa satu sama lain. Jika Tuhan tidak berkuasa maka berarti Dia bukan Tuhan yang sebenarnya. Dan jika Tuhan lebih dari satu, niscaya alam ini akan hancur disebabkan masing-masing Tuhan mempunyai kehendak. Oleh karenanya Tuhan cukuplah satu adanya, tidak berbilang, dan tidak beranak pinak. 

Aku adalah ciptaan Tuhan, sedangkan ciptaan-Nya bukan hanya aku. Dia menciptakan malaikat yang selalu taat kepada-Nya dan Dia juga menciptakan syetan  yang telah mendurhakai-Nya. Adanya aku adalah diantara keduanya. Aku punya potensi untuk taat seperti malaikat dan aku juga punya potensi durhaka seperti durhakanya syetan. 

Aku bisa lebih mulia dari malaikat karena aku bisa menundukkan potensi durhaka-ku. Aku bisa lebih hina dari syetan ketika aku mengabaikan potensi ketaatan-ku. Aku tahu jika hidup mati-ku, rizqi-ku dan jodoh-ku sudah ditentukan oleh Tuhan-ku ketika aku masih dikandungan ibu-ku. Akan tetapi aku masih diberi kesempatan oleh Tuhan-ku untuk berusaha sekuat tenaga dalam mengarungi kehidupanku yang semu.

Aku bukanlah seorang penganut rasionalisme (Rene Descrates) yang memuja-muja akal.
Aku bukanlah seorang penganut empirisme (David Hume) yang menafikan metafisika.
Aku bukanlah seorang penganut Kritisisme (Immanuel Kant) yang memisahkan antara moral dengan agama.
Aku bukanlah seorang penganut positivisme (Auguste Comte) yang menganggap agama tak berarti (meaningless).
Aku bukanlah seorang penganut Materialisme (Karl Max) yang haus akan materi.
Aku bukanlah pengikut kaum sofis yang berargumen untuk mencari kemenangan
Aku bukanlah mereka-mereka yang tak bertuhan (Atheisme).
Aku juga bukan mereka-mereka yang menyembah banyak Tuhan (Polytheisme).
Tapi aku adalah seorang yang bertuhan satu (Theisme).
Tuhan-ku adalah Tuhan Yang Esa (Allah Subhanahu wa Ta’ala), pencipta alam semesta, tidak ada yang menyerupai-Nya, mutlak adanya dan kekuasaan-Nya tidak terhingga. Wallahu a’lam bishhawwab…

No comments: