Thursday 11 September 2014

Aku dan Sahabatku (Alm. Oky) (Mengenang 11 tahun kepergian)


Siang itu, 11 tahun yang lalu, tepatnya hari Rabu, 10 September 2003, panas begitu menyengat. Saat itu aku masih duduk di kelas 1 MANZA Purwokerto. Beberapa menit setelah bel dibunyikan, aku dan teman-teman sekolahku berbondong-bondong keluar kelas. Perpulangan siswa di sekolah saat itu pukul 13.30. Namun, aku tidak langsung pulang, karena aku masih harus mengikuti pelajaran olahraga. Di mana hari Rabu adalah jadwal olahraga siang untuk kelas I.4 dan kelas I.5.
Kelas I.4 adalah kelasnya temanku (Oky) dan kelas I.5 adalah kelasku. Di samping sebagai teman karib sejak kecil, Oky juga sepupuku (anak tunggal pak likku) dan rumahnya tidak jauh dari rumahku.
 Sebelum olahraga, ada sekitar waktu 30 menit untuk beristirahat. Biasanya waktu istirahat itu aku gunakan untuk jajan, ngobrol-ngobrol, sholat dzuhur dan persiapan ganti seragam olahraga. Kebetulan, ketika itu ada temanku yang mondok di pesantren dekat sekolah mengajakku untuk sholat di pondoknya, namanya pondok Al Jamil (Pondok inilah yang kemudian menjadi tempat belajarku satu bulan kemudian).
Setelah selesai sholat, aku bersama teman yang mondok itu segera bergegas kembali ke sekolah, tentunya sudah dengan mengenakan seragam olahraga (kaos putih panjang dan celana training panjang berwarna biru). Sambil menunggu guru olahraga (Kalo tidak salah namanya Bpk. Darmono, S.Pd), aku dan teman-teman bermain bola, ada juga yang bermain tenis meja, dan ada pula yang hanya duduk-duduk sambil ngobrol di bawah pohon halaman sekolah.
Singkat cerita, guru yang aku tunggu tak kunjung datang. Akhirnya teman-teman memutuskan untuk pulang. Tanpa berpikir panjang, aku pun bersiap untuk ikut pulang. Aku ambil tas di kelas dan langsung menuju ke garasi sekolah. Aku pakai celana dan baju OSISku tanpa melepas baju seragam olahragaku. Dan aku ambil motorku (dulu masih astrea grand 95).
Ketika aku nyalakan motor, tiba-tiba terdengar suara panggilan ...Nang.... Nang..... dari arah belakang. Eh ternyata Oky yang memanggilku. Aku pun langsung menyapanya... kenapa ada apa? Tanyaku.
Lalu dia balas menjawab; aku bonceng ya soalnya motorku dibawa sama Fitri (teman sekolah dan tetanggaku juga). Aku hari ini pingin bonceng aja, lanjutnya. Namanya teman, hal semacam ini sudah tak lagi dipikir panjang. Okelah kalau begitu, jawabku.
Dibawanya helm di tangan kanannya. Kemudian dipakailah di kepalanya. Kami pun berboncengan pulang. Tak tau kenapa baru 5 menit di jalan, ban motor belakang gembes. Pikirku kurang angin. Lantas aku cari tempat tambal ban di pinggir jalan dan langsung aku isi angin. Ketika aku mau bayar, eh, si Oky malah nyeruduk dan langsung dia yang membayarnya. Inilah salah satu sifat yang luar biasa dari Oky, seorang sahabat yang sangat loman (dermawan) sama teman. Tak banyak perhitungan kalau masalah yang beginian.
Bukan hanya itu, ternyata dia juga mampir ke warung membeli 3 batang rokok. Satu batang dia nyalakan. Satu batang dia tawarkan ke aku, tapi saat itu aku menolaknya. Dan satu batang lagi dia taruh di dalam kaos kaki.
Beberapa saat setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Saat di jalan, karena sambil merokok, Oky melepas helmnya. Otomatis, tali helmku yang cukup panjang mengenai wajahnya, karena angin berhembus kencang dari depan. Aku pun mengikatkan tali helmku agar tidak mengenai wajah temenku itu.
Inilah kejadian yang sangat mengerikan, menyedihkan dan memilukan terjadi. Saat aku mengendarai motor dengan kencang. Ketika itu di perempatan Karang Salam arah menuju UNWIKU. Ada dua truk di depan. Aku berusaha untuk mendahului dengan kecepatan penuh. Saat mendahului satu truk, tiba-tiba muncul dari arah yang berlawanan sebuah sepeda motor dengan keranjang di belakang. Aku kehilangan keseimbangan. Kaki temenku, Oky, terseret motor berkeranjang itu. Dia terseret ke belakang, sementara di belakang truk yang aku dahalui melaju kencang. Dan aku terseret ke depan bersama motor yang aku bawa. Kejadian tragis terjadi. Semua berlalu seketika. Dalam hitungan detik segalanya berubah.
Daaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrr.... aku terjatuh, helmku terlepas dari kepala. Kepalaku berdarah, punggungku berdarah, kaki juga berdarah. Sementara baju yang aku kenakan sobek dan bersimbah darah. Tapi aku masih bisa bangkit.
Aku bangun. Aku cari dimana Oky berada. Aku datangi dia. Ternyata tubuhnya sudah tergeletak di pinggir jalan dengan posisi terlentang. Darah keluar dari kepala, hidung dan mulutnya. Aku pegang tangannya. Aku pegang dadanya. Aku periksa nadinya. Aku periksa detak jantungnya. Tumpah air mataku. Dia sudah lagi tidak bernyawa. Kejadian itu sungguh terjadi seketika. Sahabat dekat sedari kecil sudah tiada. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un..... Sambil menangis di tepi jalan, aku sambil teriak Ya Allah... Ya Allah.... tapi sudah tak ada yang bisa aku perbuat. Aku hanya bisa pandangi jasadnya. Aku peluk tubuhnya. Aku panggil-panggil namanya. Tapi semuanya sia-sia.
Sementara saat itu aku sudah mulai merasa kesakitan. Seperti ada yang remuk dari tulangku. Darah terus mengalir di seragam putih abu-abuku. Aku sangat bingung saat itu. Untungnya ada teman SMP ku kebetulan lewat. Namanya Diaz (anak Pasir kalo tidak salah). Dengan membawa motor satrianya, dia menawarkan pertolongan padaku. Aku pun memintanya mengantarkanku pulang.
Aku masih ingat betul, saat pulang, banyak orang-orang di jalan memandangiku. Mereka mungkin melihat keanehan pada diriku. Mereka melihat seragam robek bersimbah darah. Pandangan mereka penuh dengan rasa keibaan.
Saat sampai di rumah. Aku ucapkan banyak terima kasih sama teman yang mengantarkanku itu. Namun baru mau turun dari motor, aku langsung jatuh tersungkur. Tulang punggungku terasa begitu sakit. Dalam setengah sadar itu, aku dengar teriakkan dari arah rumahku dan tetanggaku. Mereka menangis histeris. Teriakkan dan tangisan tak terhindarkan. Aku hanya bisa diam membisu tanpa kata. Aku merasa telah bersalah. Karena kecerobohanku aku telah menghilangkan nyawa temanku. Ampuni hamba ya Rabb.... Akupun kemudian tak sadarkan diri.
Aku dibawa ke rumah sakit dan menurut dokter aku harus dioperasi. Tulang bawah leherku patah dan harus di pen. Bahkan sampai hari ini, Rabu 10 September 2014, pen yang terdiri dari 5 mur itu masih menempel di dadaku yang kanan. Biarlah pen ini sebagai kenangan bagiku yang tak terlupakan.
Kata saudaraku, Saat aku berada di ruang operasi, saat itu pula temanku, Oky, sudah berada di ruang mayat. Selamat jalan teman sepermainan, selamat jalan teman seperjuangan. Kebaikanmu akan senantiasa aku kenang.
Entah kenapa dia yang harus dipanggi duluan. Padahal secara logika manusia, saya memiliki 3 orang bersaudara. Sementara Alm Oky anak tunggal tanpa saudara. Aku hanya bisa meyakini pasti ada hikmah di balik ini semua. Dan Allah Ta’ala yang lebih mengetahuinya.
--------------------------
Beberapa bulan kemudian, aku bermimpi. Dalam mimpiku itu, aku bertemu dengan alm Oky. Aku bertanya padanya: Gimana kabarmu di sana Ok? Alhamdulillah Nang, untungnya aku dulu (saat hidup) pernah ngaji, jawabnya singkat.
Kemudian saat aku bangun aku berpikir. Kenapa kok di mimpi itu, Oky menjawab untungnya pernah ngaji.
Aku langsung teringat, bahwa akhir ramadhan tahun 2002 kami bersama sekitar 30 teman lainnya mengaji di madrasah Al Muntaha yang di asuh oleh KH. Koko Abuyanto. Aku dan alm Oky termasuk yang paling muda pada angkatan itu. Materi yang dikaji pada saat itu adalah tentang konsentrasi atau muhasabah diri. Dimana kami dilatih untuk merenung di keheningan malam, berkonsentrasi, berkontemplasi memikirkan tentang hidup dan kehidupan. Ketika itu, kami semua menangis, mengakui atas dosa dan kesalahan yang pernah kami perbuat. Dan diantara teman yang menangisnya paling keras saat itu adalah alm Oky. Mungkin ngaji inilah yang menyelamatkan alm Oky di alam sana. Wallahu a’lam bish shawwab.
Bulan Agustus dan September tahun 2003 adalah bulan duka bagiku. Karena pada bulan Agustus, aku kehilangan guru spiritualku, KH Koko Abuyanto (melalui beliau aku belajar tentang ma’rifat dan ilmu alat), dan pada bulan Septembernya aku kehilangan sahabatku, Septio Oky Wijayanto..... Allahumma ighfir lahuma warhamhuma wa’afihima wa’fu ‘anhuma.... amin...


Baseh, 10 September 2014

No comments: