Alex Nanang Agus Sifa[1]
Tidak dipungkiri lagi bahwa ukhuwwah atau persaudaraan lahir karena adanya kesamaan-kesamaan yang menjadi pengikat. Semakin banyak persamaan, maka akan semakin kuat pula nilai persaudaraan. Baik itu persamaan darah, emosional, organisasi, kelompok, golongan dan lain sebagainya. Semakin banyak persamaan, maka akan semakin kuat pula pertalian persaudaraan yang terjalin.
Sedangkan persamaan terbesar dalam ukhuwwah adalah persamaan dalam hal aqidah. Berlandaskan aqidah-lah akan lahir persaudaraan yang hakiki, yaitu ketika seseorang mampu mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. Dia-pun mampu merasakan penderitaan saudaranya. Dan inilah yang disebut dengan sikap empati. Apabila saudaranya tersakiti, maka dia pun merasa tersakiti. Dan apabila saudaranya bahagia, maka dia pun akan merasa bahagia. Mereka bagaikan satu tubuh. Persaudaraan seperti ini akan melahirkan sikap saling mendoakan, saling menyayangi tanpa adanya rasa pamrih.
Aqidah Islamiyyah Sebagai Perekat Umat
Tidak ada seorangpun yang mengingkari bahwa masalah aqidah adalah masalah pokok (mabda’) dalam Islam. Bahkan dalam semua bentuk (ideologi) dan agama di dunia, aqidah menjadi landasan berfikir, berbuat dan menjalankan segenap aspek tingkah laku manusia. Segala usaha dan daya upaya manusia selalu terpaut dengan aqidahnya.
Kata aqidah dalam mu’jam al-wasith didefinisikan sebagai: "sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tidak dapat (mudah) beralih dari padanya" (Al-Mu’jam Al-Wasith jilid 2, hal. 614). Sedangkan Aqidah Islamiyah adalah menyaksikan dan meyakini kalimah “laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah” yang berarti: tiada Tuhan yang patut disembah dan ditaati selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.
Jika ditelisik, kelemahan yang menghantam kehidupan umat Islam sekarang ini, mulai dari runtuhnya khilafah Islamiyah sampai terpuruknya negeri-negeri Islam, merupakan satu indikasi yang paling jelas menurunnya rasa persaudaraan dikalangan umat. Perpecahan dikalangan umat yang mempunyai kepentingan-kepentingan golongan ikut meluluh lantahkan pilar-pilar persaudaraan itu. Maka kata kunci untuk mampu menegakkan Islam ini adalah dengan mempererat persaudaraan diantara sesama umat Islam (Ukhuwwah Islamiyyah) dan menyingkirkan jauh-jauh rasa egoisme golongan.
Prinsip persaudaraan Islam yang didasarkan pondasi aqidah ini meliputi segala bentuk ritual keagamaan dan hukum-hukum kehidupan. Namun, patut diperhatikan, bahwa prinsip persaudaraan ini telah ditantang dalam prakteknya oleh munculnya cinta terhadap golongan yang berlebihan diantara kaum muslimin. Dan inilah salah satu faktor internal kaum muslim sendiri yang harus segera diselesaikan sebelum menyelesaikan perusak persaudaraan dari luar (faktor eksternal). Usaha tersebut tidak akan terwujud terkecuali kaum muslim kembali ke landasan aqidah yang mengikat persaudaraan mereka.
Persaudaraan yang dimaksudkan adalah bukan menurut ikatan geneologi, geografi ataupun golongan, akan tapi menurut ikatan iman dan agama atau dalam istilah lain aqidah Islamiyyah. Mengutamakan persaudaraan Islam, lebih dari sekedar ikatan darah ataupun golongan yang lebih mementingkan bagi kelompoknya. Dari sini maka jelas, walaupun gen dan geografi umat Islam yang ada di Indonesia tidak sama dengan umat Islam di Palestina misalnya, namun mereka tetap bersaudara yang disatukan oleh aqidah Islamiyyah. Untuk itu apabila di antara mereka ada yang sedang merasa teraniaya, maka yang lainnya akan ikut merasakan.
Sungguh, mempererat hubungan persaudaraan Islam adalah salah satu amal sholeh yang tiada terkira nilainya. Melalui hubungan persaudaraan Islam yang kuat, berarti seseorang telah membantu untuk menegakkan kekuatan di dalam tubuh Islam. Semakin kuat hubungan persaudaraan Islam yang dijalin, maka semakin kokoh pula bangunan Islam yang akan berdiri.
Banyak ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi yang menggambarkan segi prinsipil dan teknis pelaksanaan ukhuwah Islamiyyah ini, seperti; QS. AI-Hujuraat: 10-12, Q.S. Ali-Imron: 102, hadits Nabi yang berbunyi: "Seorang muslim bersaudara dengan muslim lainnya. dia tidak menganiayanya, tidak pula menyerahkannya (kepada musuhnya). Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi pula kebutuhannya. Siapa yang melapangkan kesulitan seorang muslim, Allah akan melapangkan baginya satu kesulitan pula dari kesulitan yang dihadapinya di hari kemudian" (H.R Bukhari dan Muslim), hadits yang menyatakan “Barang siapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah dia menyambungkan tali persaudaraan" (H.R Bukhari dan Muslim), dan juga hadits “Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan” (HR. Al Bukhari dan Muslim). Ayat-ayat dan hadits tersebut menggambarkan bahwa persaudaraan di antara orang-orang yang beriman secara teologis adalah idaman terbesar umat Islam. Dan persaudaraan ini tidak akan pernah terwujud tanpa diikat oleh aqidah Islamiyyah.
Universalitas Ukhuwwah Islamiyyah
Ukhuwah memiliki posisi yang begitu istimewa dalam Islam. Dia adalah sumber kekuatan yang akan membangkitkan harga diri dan kehormatan umat. Demikian pentingnya nilai ukhuwah, maka setiap usaha untuk menjalin dan memperkuatnya dianggap sebagai kemuliaan. Di pihak lain, setiap usaha untuk merusak dan menghancurkannya dianggap perbuatan hina dan sangat tercela.
Ukhuwah yang dibawa oleh Islam bukan sekedar untuk intern kalangan muslim sendiri. Namun juga bersifat universal mencakup seluruh umat manusia. Hal ini terlihat dari firman Allah SWT: “Rasulullah pun diutus tidak lain hanyalah untuk menyebarkan rahmat kasih sayang kepada seluruh alam” (QS. AI-Anbiyya: 107). Ayat ini dengan jelas menunjukkan wujud rasa ukhuwah atau persaudaraan sebagai sesama makhluk Allah.
Karena selain persaudaraan se-aqidah, ukhuwah pun mencakup persaudaraan bangsa, agama, profesi, perasaan, dan lingkungan soslal (Mufradat al-Raghib, 1997: 68). Dari sini maka akan ditemukan ukhuwah Islamiyah tidak saja mencakup persaudaraan antar sesama muslim, termasuk pula persaudaraan yang dimaksud adalah persaudaraan sesama makhluk Allah. Yaitu persaudaraan terhadap setiap orang (apapun agamanya) akan tetapi dengan tetap dilandasi pada nilai-nilai keislaman (aqidah Islamiyyah). Dari sini maka sangat terlihat bahwa ukhuwwah Isalmiyyah yang dibawa oleh Islam bersifat menyeluruh (universal) dan rahmat bagi seluruh alam.
Demikianlah persaudaraan dalam Islam, hendaklah sungguh-sungguh berjalan di atas landasan aqidah Islamiyyah dan berjalan berdasarkan hukum-hukum syar’i. Perpecahan umat Islam saat ini tidak akan dapat diselesaikan terkecuali kaum muslim membenahi diri dan kembali kepada aqidah Islamiyyah shahihah.
No comments:
Post a Comment