Wednesday, 10 October 2012

Catatan Lama Yang Terabadikan


Ketika aku buka buku-buku lama yang merupakan kumpulan catatan kuliah, aku menemukan berbagai macam pengetahuan yang dulunya pernah aku tulis. Catatan-catatan tersebut bukan hanya sekedar materi-materi kuliah ataupun kata-kata mutiara serta motivasi, namun dalam beberapa buku tersebut aku temukan agenda besar yang menjadi cita-cita dan harapanku di masa mendatang. Diantanya meliputi pemetaan usia dan pendidikan, penulisan buku baik berupa buku keagamaan maupun umum, penulisan silabus madrasah dan beberapa lainnya.
Memang ada benarnya apa yang didengungkan oleh makhfudhat; al’ilmu shaidun, walkitabatu qayyiduhu, qayyid shuyudaka bil-hibali al-watsiqah, yang jika diterjemahkan secara bebas yaitu “ilmu adalah binatang buruan, dan tulisan adalah ikatannya, maka ikatlah binatang buruanmu dengan tali yang kuat.” Tentunya makhfudzatnya ini bermaksud agar ilmu yang pernah didapat tidak hilang begitu saja.
Ungkapan tersebut di atas mengisyaratkan bahwa sehebat-hebatnya manusia, siapapun dia orangnya, maka dia tidak dapat dilepaskan dari sifat pelupa. Karena hakikat manusia sendiri adalah pelupa. Hal ini terlihat jelas dari asal kata manusia ‘nasiya’ yang berarti ‘lupa’. Oleh karenanya pengalaman mengajari manusia agar meminimalisir sifat pelupanya dengan cara mencatat setiap apa yang pernah diketahuinya.
Dalam makhfudzat yang lain juga dikatakan ‘aafatu al-‘ilmi an-nisyan’ yang berarti kecelakaan suatu ilmu adalah karena lupa. Dengan adanya sifat lupa maka seseorang harus menyadarinya. Karena banyak orang yang hidup di dunia ini jauh dari kesadaran. Menurut penelitian yang pernah aku dengar kalau tidak salah hanya lima persen di dunia ini orang yang sadar. Diperparah lagi ketidaksadarannya terkadang dia lupakan. Ini berbahaya.
Apakah karena sifat lupanya, kemudian Allah menghendaki kedzaliman terhadap hamba-Nya? Apakah Allah menciptakan sifat lupa tanpa sedikitpun manfaat dibaliknya? Ternyata jika direnungkan tidak demikian adanya. Karena tidak mungkin Allah memiliki kehendak dan perbuatan yang sia-sia bahkan dzalim terhadap hamba-Nya. Ini sesuatu hal yang mustahil.
Sebagai contoh, kita bisa melihat seorang ibu yang telah melahirkan anaknya. Betapa perih dan sakitnya beliau ketika melahirkan bahkan nyawa yang menjadi taruhan, namun hal ini tidak menjadikan seorang ibu trauma dan tidak punya hasrat untuk melahirkan anak yang kedua bahkan ketiga kalinya. Atau contoh lebih dekatnya, kita semua sebagai makhluk hidup makan setiap hari dan kita juga buang air besar- walaupun tidak setiap hari. Ketika kita makan, setidak enak apapun lauknya, kita akan tetap makan. Padahal kalau kita membayangkan buang air besar di saat kita makan, tentunya menjadikan nafsu makan kita berkurang atau bahkan hilang. Untungnya kita dianugerahi oleh Allah SWT sifat lupa. Dengan demikian berarti bahwa sifat lupa juga tidak seluruhnya berarti negative. Ada beberapa manfaat yang tidak sedikit dibalik sifat lupa.
Kembali ke tema, buku-buku yang telah aku tulis, setidaknya akan menjadi bahan perenungan di hari tuaku nanti. Bahkan kalau dikasih kesempatan dan kemampuan oleh Allah, tidak mustahil, buku-buku tersebut menjadi inspirasi untuk menciptakan karya-karya besar. Karena tidak sedikit dari para penulis ulung, yang mereka mampu menulis buku, novel ataupun dalam bentuk tulisan lainnya mampu menulis buku yang menjadi best seller. Itu bukan sesuatu yang mustahil.
Tidak sedikit orang yang sukses dalam dunia tulis menulis yang mereka sendiri tidak menyadari sebelumnya. Bakat tidak menjadikan alas an bagi mereka untuk tidak menulis. Karena menulis pada hakikatnya adalah kebiasaan. Dan tidak heran jika banyak kalangan penulis yang mengatakan bahwa menulis merupakan suatu bentuk keterampilan. Jika demikian maka kemampuan menulis merupakan kemampuan yang didapatkan dengan jalan terus menerus dipraktekkan. Tanpa praktek sangat mustahil seseorang dapat menulis.
Bukti nyata aku dapatkan di hari ini, ketika aku membaca sebuah majalah kampus “himmah”. Ada tulisan menarik yang terpampang dalam majalah ini, aku terkesima dengan tulisan seorang mantan anggota Darussalam post-suatu organisasi pondok yang berkecimpung dalam dunia tulis menulis. Jika dilihat dari lura ‘tampangnya’ maka mungkin sulit untuk dipercaya. Namun jika dilihat dari tulisannya, maka di sana akan terlihat keorisinilan tulisan yang dituangkannya. Ini hanya salah satu bukti konkrit tentang pembiasaan dalam dunia tulis menulis.
DARAH PARA PEJUANG TIDAK JAUH BERBEDA DENGAN TINTA EMAS YANG DITOREHKAN OLEH PARA PENULIS
A drop of ink can move a million people to think


No comments: