“Philosophie Studies”
“Philosophie Studies” merupakan sebuah
komunitas kajian yang berangkat dari sebuah kesadaran bahwa
keilmuan seputar dan sekitar islam yang begitu manarik justru terlambat untuk
dikenal lebih dalam. Melihat realita relijiusitas generasi muslim yang semakin
terbengkalai, termasuk nalar kritis dalam pemikiran keagamaan, maka SMJ
Ushuluddin STAIN Ponorogo berupaya menumbuhkan kembali semangat intelektualitas
di kalangan muda sebagai suatu kesadaran akan pentingnya peran generasi muslim.
Al-Qur’an, Hadits, dan Filsafat menjadi konten penting dalam keilmuan, tanpa
menuntut batas usia. Bahkan ketiga pokok keilmuan tersebut sudah seharusnya
dikenal dan didalami sejak dini.
Dalam
rangka mengembalikan otentisitas dan progresifitas keilmuan kontemporer, maka
kebutuhan akan keilmuan perlu ditawarkan kembali. SMJ Ushuluddin STAIN Ponorogo
mencoba mengibarkan kembali bendera interpretasi keilmuan yang tidak lepas dari
al-Qur’an, Hadits, dan Filsafat.
Sesuai
dengan perkembangannya SMJ Ushuluddin STAIN Ponorogo mengemas ketiga hal
tersebut secara bersama dalam satu kegiatan yang secara khusus didedikasikan
untuk menyambut mahasiswa baru: Ta’aruf al-Falasifah, dengan tema “Memulai
Proses Bersama Menjadi Manusia yang Merdeka”, dengan harapan tidak ada
salah satupun dari kesemua itu tertinggal atau terabaikan dari proses keilmuan
mahasiswa Ushuluddin.
Namun sangat disayangkan, sejauh
yang kami lihat selama kegiatan berlangsung, semangat untuk mengkaji ilmu-ilmu
keislaman tersebut justru malah berujung pada “Kritisasi Hukum-Hukum Islam Yang
Sudah Baku”.
PELATIHAN “Philosophie
Studies”
Kurang lebih
satu minggu yang lalu, tepatnya hari Jum’at-Ahad bertepatan dengan tanggal
25-27 Maret 2011, kami senat mahasiswa ushuluddin mengutus 2 delegasi untuk
mengikuti kegiatan “Philosophie Studies” yang diadakan oleh STAIN
Ponorogo. Dua orang yang kami delegasikan tersebut yaitu Alex Nanang Agus Sifa
selaku mahasiswa senior fakultas Ushuluddin dan Dyra A.S yang merupakan
pengurus senat fakultas sekaligus sebagai kader ushuluddin.
Kegiatan yang
berlangsung selama 3 hari ini berlangsung di Telaga Ngebel dengan jumlah
peserta sekitar 25 orang. Para peserta datang dari berbagai perguruan tinggi
sekarisidenan Madiun, seperti: STAIN ponorogo selaku tuan rumah, STAIN Tulung
Agung, UII Madiun, Ma’had Ali Termas Pacitan dan ISID.
Materi pertama
dalam kegiatan ini dimulai pada jum’at malam ba’da isya. Setelah pembukaan yang
di isi dengan beberapa sambutan, acara dilanjutkan dengan materi pertama. Tema
yang diambil dalam kesempatan sesi pertama ini adalah “Pengertian Manusia; Secara
Eksistensial & Esensial”. Pada tema pertama ini, pembahasan dikhususkan
pada dua persoalan, yaitu manusia dilihat dari eksistensinya dan esensinya. Berkesempatan
menjadi pembicara dalam tema ini adalah Bpk. Edi Susilo, seorang pemikir
kehidupan yang meng-claim dirinya selalu dalam keadaan “bahagia”. Pada
intinya, pembicara ingin menegaskan bahwa eksistensi manusia dinyatakan
memiliki esensi ketika dirinya dapat “menjadi” dalam artian seseorang
bisa menjadi seorang yang “eksis” secara “esensi” ketika dia
melakukan sebuah “one moment” yaitu berbuat sesuatu yang belum pernah
diperbuat oleh orang lain atau dengan bahasa lain dia bisa melakukan “perubahan
yang sangat signifikan”. Di sinilah manusia disebut ke-eksistensian-nya
sekaligus ke-esensiannya ketika dia dapat melakukan “PEMBERONTAKAN SECARA
EKSTRIM”, tegas pembicara.
Setelah sesi
pertama ini selesai, para peserta disuguhkan oleh panitia dengan film Barat
yang bercerita tentang pergolakan pemikiran. Kami pun sebagai peserta ikut
menikmati tayangan yang berdurasi dua jam tersebut sembari diskusi kecil
bersama peserta yang lain sampai akhirnya kami larut dan tanpa disadari waktu
telah menunjukkan jam 12 malam.
Keesokan
harinya, sesi kedua dimulai pada pukul 8 pagi. Dalam kesempatan kali ini materi
bertemakan “PENGERTIAN
FILSAFAT DALAM PEMAKAIAN FILSUF ISLAM (Masalah Istilah, Definisi, Kedudukan dan Metodenya). Dalam sesi ini hadir sebagai pembicara adalah dosen
STAIN Ponorogo yaitu Bpk. Ahmad Faruk, M.Fil.I.
Sesi kedua ini berlangsung selama 3 jam. Pada intinya, pembicara dalam
kesempatan ini menjelaskan tentang seluk beluk makna filsafat, kedudukannya,
metodologinya dan cara kerjanya. Menurut hemat kami sebagai peserta, tidak ada
sesuatu yang terlihat baru di sini. Hampir semua materi terlihat copy-paste
dari buku filsafat yang sudah beredar di sekeliling kita.
Tepat pukul 11
siang, para peserta dikondisikan oleh panitia untuk membentuk kelompok-kelompok
diskusi. Para peserta diminta mendiskusikan materi yang telah disampaikan oleh
pembicara, baik pada sesi pertama maupun sesi kedua. Kurang lebih selama satu
jam para peserta berdiskusi membahas materi filsafat. Kami berdua-pun tidak
ketinggalan dalam kelompok-kelompok tersebut.
Ternyata,
hasil diskusi tidak sampai di situ. Setiap kelompok juga di minta
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan semua kelompok dengan
dibarengi pendeskripsian melalui whiteboard.
Malam
harinya, sekitar pukul 8 malam, para peserta mengikuti materi sesi ke-tiga.
Dalam sesi ini tema yang diambil adalah “Analisis Wacana”. Pada sesi ini
dijelaskan panjang lebar tentang teori wacana yang berkembang di ranah
kefilsafatan. Hanya saja, kami merasa dikejutkan dengan kesimpulan pembicara,
bahwa analisis wacana ini, yang sebelumnya merupakan kajian filsafat juga dapat
digunakan untuk menganalisa Al-Qur’an. Kami pun merasa tercengang, ternyata,
Al-Qur’an dianggap sebagai sebuah wacana yang pantas untuk dianalisis bahkan
dikritisi. Dari sinilah rasa keheranan kami mulai muncul. Beberapa pertanyaan
kami lontarkan terkait hal tersebut. Namun sangat disayangkan, jawaban yang
ditujukan kepada kami terlihat kurang memuaskan.
No comments:
Post a Comment