Oleh: Alex Nanang Agus Sifa
الْحَمْدُ للهِ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِى
مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ
سُلْطَانِكَ. نَحْمَدُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
خَاتَمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ. وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ،
وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَا الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ الله تَعَالَى فِى
الْقُرآنِ الْكَرِيْم: ياأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ
الزَّادِ التَقْوَى وَاتَّقُوْنِ يَاءُوْلِى اْلأَلْبَابِ.
Tak ada seorangpun
yang mengingkari bahwa masalah aqidah adalah masalah pokok dalam Islam.
Bahkan dalam semua
bentuk “mabda” (ideologi) dan agama di dunia, aqidah menjadi
landasan berfikir, berbuat dan menjalankan segenap aspek tingkah laku manusia.
Segala usaha dan daya upaya manusia selalu terpaut dengan aqidah. Karenanya
orang yang bekerja atas dasar aqidah, maka ia akan bekerja dengan penuh
semangat dan sungguh-sungguh. Sebaliknya orang yang mengerjakan sesuatu tanpa
berdasarkan aqidah, maka ia selalu diliputi oleh rasa keputusasaan dan
kemalasan.
Aqidah merupakan "sesuatu yang
dipegang teguh dan ia terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak mudah beralih
dari padanya". Aqidah Islam
ialah menyaksikan dan meyakini kalimah “Laa ilaaha illalah Muhammad
Rasulullah” yang artinya: Tiada tuhan yang patut disembah dan ditaati
selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Allah SWT adalah Tuhan Yang Esa
yang tidak ada sekutu bagi-Nya (Ilahun waahid La Syarika Lahu). Tuhan yang
tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Tuhan yang ada sebelum kata ada itu ada
dan akan tetap ada walaupun kata ada itu telah tiada. Dan Dia telah mengutus
Muhammad SAW sebagai nabi terakhir yang membawa sinar cahaya kebenaran dan
telah mengubah peradaban yang sebelumnya dipenuhi dengan kebiadaban menjadi
peradaban yang berkeadaban.
Di
atas kesaksian inilah didirikan Islam dengan segala aspeknya, termasuk
amal-amal sholeh yang berupa ibadah dan taqarrub (pendekatan diri kepada Allah SWT).
Rasulullah SAW bersabda:
بُنِيَ
الإسلامُ على خمسٍ: شهادةِ أن لا إله إلا
اللهُ وأن محمداً رسول ُ اللهِ، وإقامِ
الصلاةِ، وإيتاءِ الزكاة، وصومِ رمضانِ، وحجِّ البتِ. (رواه أحمد
وبخارى ومسلم والترمذى والنساء)
Islam itu dibangun atas lima
perkara: Syahadat bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad itu
utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa (di bulan) Ramadhan, dan melaksanakan (ibadah) haji. (H.R
Ahmad, Bukhari, Muslim, Turmidzi dan Nasa’i).
Sidang jum’ah
rahimakumullah,
Lima perkara di atas merupakan dasar Islam
“Arkanul Islam”. Status-nya sebagai dasar Islam karena lima
perkara tersebut mencakup segi aqidah dan amal sholeh yang dilaksanakan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, ini bukan berarti bahwa Islam hanya
terbatas pada lima pilar/dasar tersebut, yakni pada masalah-masalah aqidah dan
ibadah saja; melainkan Islam juga mencakup seluruh aspek kehidupan umat manusia,
seperti halnya Syariah yang di dalamnya terdapat berbagai hukum serta juga mu’amalaat.
Selain syariah di sana juga terdapat tarbiyah, yang di dalamnya terdapat aturan
dan pedoman pendidikan dalam Islam. Dan untuk mengetahui kesemuanya itu
diperlukan kemampuan dalam berbahasa arab.
Atas dasar inilah, maka Aqidah Islam
telah menjadi asas bagi segala sesuatu: asas bagi kehidupan individu dan
masyarakat, asas bagi negara, asas bagi hukum dan undang-undang, asas bagi
lembaga-lembaga pendidikan dan asas bagi sains serta ilmu pengetahuan. Dengan demikian
maka Aqidah Islam telah dibangun diatas bukti-bukti yang nyata dan
hujjah-hujjah yang tak terpatahkan. Oleh Karena itu, hampir seluruh bangsa Arab
di masa Nabi telah menganutnya, sehingga jumlahnya mencapai lebih dari sepuluh
juta orang. Dan sekarang jumlah kaum muslimin di seluruh penjuru dunia hampir
mencapai 1,5 miliar yang diikat dalam
satu aqidah yaitu aqidah Islamiyah.
Sidang jum’ah
rahimakumullah,
Bagaimanapun
juga Islam harus difahami bahwa Islam merupakan sebuah sistem kehidupan yang
mengatur segala urusan hidup manusia, tentunya dengan menjadikan aqidah Islam
sebagai basis bagi berdirinya bangunan umat, masyarakat dan negara. Maka dari
situ, Islam bukan sekedar agama tapi Islam juga merupakan sebuah peradaban.
Islam
adalah jalan hidup yang sempurna. Islam merupakan pandangan hidup yang
menentukan tingkah laku kaum muslimin dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam,
Tuhan adalah titik pusat (central) yang menjadi tujuan segala sesuatu,
sedangkan posisi manusia di samping menjadi hamba yang mengabdi kepada Tuhan
juga menjadi khalifah di muka bumi.
Agar
kaum muslimin menyadari betapa pentingnya keterikatan antara dirinya dengan hukum
Allah, cenderung hidup hanya untuk Islam,
dan berjuang demi menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia sebagai bukti
amar ma’ruf nahi munkar; maka langkah awalnya adalah harus dibangkitkan pada diri
masing-masing umat Islam dengan aqidah yang kuat dan semangat merealisasikan aqidah
tersebut dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan mengikatkan diri pada hukum
Allah. Rasa rindu untuk hidup di bawah naungan Islam sangat diperlukan. Demikian pula rasa takut terhadap azab Allah
yang akan menimpa apabila tidak menerapkan Islam dan tidak terikat dengan
hukum-hukumnya.
Bangkitnya semangat tersebut hanya
dapat terwujud dengan membangkitkan aqidah Islam dan menancapkannya kembali dalam diri kaum
muslimin. Apabila kita melihat fenomena yang ada, cahaya aqidah hampir meredup
dari hati kaum muslimin. Bahkan tidak lagi berpengaruh dalam kehidupan mereka,
dan tidak mampu lagi menyalakan semangat untuk mengikatkan diri dengan hukum Allah.
Aqidah kebanyakan kaum muslimin saat
ini sesungguhnya benar-benar telah kehilangan gambaran tentang hari kiamat.
Hati mereka tidak lagi tergetar akan azab Allah atau merasa takut terhadap api
neraka jahanam yang panasnya 70 kali lipat dibandingkan dengan api dunia.
Mereka juga telah kehilangan rasa rindu kepada surga, berikut keni'matan di
dalamnya yang hakiki. Bagi mereka,
keni'matan-keni'matan surga yang abadi itu -yang tak pernah dilihat oleh mata
manusia dan belum pernah didengar oleh telinga- sudah tidak lagi menarik. Virus
rasionalisme (mengagungkan akal), empirisme (mengagungkan indera),
humanisme dan antropomorfisme yang menjadikan manusia sebagai sentral segalanya
telah mewabah dikalangan kaum muslimin.
Akibatnya,
kaum muslimin tidak lagi mencita-citakan keridhaan Allah SWT sebagai nilai
hidup yang tertinggi. Mereka mengalihkan perhatiannya kepada dunia dengan
segala perhiasannya, terutama harta, kedudukan, kekuasaan, rasa cinta berlebihan
kepada isteri-isteri dan anak-anak. Mereka telah menjadikan kebutuhan materi
sebagai satu-satunya nilai hidup yang dikejar-kejar. Pandangan mereka tidak
lagi mengarah ke langit tetapi telah terfokus kepada dunia. Dan inilah
kehancuran umat yang sesungguhnya. Belum lagi serangan dari luar Islam yang
menghantam dari berbagai macam sisi, kaum Yahudi dan Nasrani dengan pemutar
balikkan fakta di media massa, orientalis dengan penghujatan kitab suci serta
hadits nabi, diperparah lagi sebagian cendikiawan muslim yang diharapkan
menjadi pencerah umat, justru menjadi biang penyebar liberalisme, pluralisme
dan sekularisme. Kondisi yang seperti ini tidak lain adalah akibat dari
lemahnya aqidah Islamiyah.
Sidang jum’ah
rahimakumullah,
Salah
satu dampak dari lemahnya aqidah Islamiyah adalah terjerumusnya manusia ke
dalam lubang kesyirikan. Ketika seseorang mendengar istilah syirik, maka
terpatri di hatinya bahwa istilah ini berarti anggapan akan adanya yang lain
yang sama pentingnya atau bahkan dianggap lebih penting. Dalam hal ini adalah
Tuhan di-dua-kan atau bahkan sampai Tuhan di-nomor sekiankan. Dengan bahasa
lain, di satu sisi menyembah kepada Tuhan, namun di sisi lain juga menyembah
kepada selain-Nya.
Syirik
yang secara terminologi berarti ‘mencampurkan’ ternyata di zaman
postmodern ini tidak hanya dalam segi spiritual, namun juga dalam segi intelektual.
Jika syirik spiritual mengindikasikan pelakunya melakukan perselingkuhan kepada
Sang Pencipta terhadap ciptaan-Nya atau bertuhan lain di samping Tuhan
yang sebenarnya, maka dalam syirik intelektual ini, maknanya tidak jauh berbeda
yaitu menjadikan akal sejajar dengan wahyu, konteks sosial sejajar dengan teks
suci atau dengan kata lain akal dan konteks social lebih dikedepankan
dari pada wahyu dan teks suci. Akibatnya, hukum Islam yang sudah tetap (tsawabit)
menjadi kabur dan dikritik habis-habisan karena dianggap bertentangan dengan
kontekstual yang ada. Dan hal yang semcam ini sangat berbahaya. Padahal, Allah
SWT sudah jauh-jauh hari mengingatkan kepada hamba-nya agar berhati-hati dengan
perbuatan syirik yang satu ini. Karena perbuatan syirik ini merupakan bentuk
dosa terbesar dan sangat berbahaya yang tidak terampuni (terkecuali pelakunya
benar-benar menyelami taubat nashuha sebelum wafat). Bahaya lain dari perbuatan
syirik ini adalah pelakunya dianggap najis oleh Allah SWT.
Allah
SWT berfirman artinya:
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu
najis (surat at-Taubah ayat 28)
Sidang jum’ah
rahimakumullah,
Penyimpangan dari aqidah yang benar
adalah kehancuran dan kesesatan. Karena, aqidah yang benar merupakan motivator
utama bagi amal yang bermanfaat. Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan
menjadi mangsa bagi persangkaan dan keragu-raguan yang lama-kelamaan mungkin
menumpuk dan menghalangi dari pandangan yang benar terhadap jalan hidup kebenaran.
Masyarakat
yang tidak dipimpin oleh aqidah yang benar merupakan masyarakat hewani (bahimi),
tidak memiliki prinsip-prinsip hidup kebahagiaan meskipun mereka bergelimang
dengan materi. Justru dengan materi, mereka sering terperosok pada kehancuran,
sebagaimana yang kita lihat pada masyarakat jahiliah. Karena, sesungguhnya
kekayaan materi memerlukan pengarahan dalam penggunaannya, dan tidak ada
pemberi arahan yang benar, kecuali aqidah yang benar yaitu aqidah Islamiyah shahihah.
Jika
kita renungkan, banyak diantara kaum muslimin yang rela menjual agamanya dengan
harga yang sedikit. Begitu banyak kaum muslimin yang melakukan konversi atau
berpindah ke agama lain. Demi harta, tahta dan wanita, iman tergadaikan. Apakah
ini dikarenakan faktor ekonomi yang lemah? Atau karena pendidikan yang rendah?
Tentunya tidak. Fakta menunjukkan, di sekililing kita masih banyak ahli ekonomi
& pengusaha yang masih terjerumus ke dalam praktik riba, banyak tokoh pemerintah
yang terjerumus ke dalam korupsi, kolusi dan nepotisme. Banyak ahli pendidikan
yang bergelar doctor bahkan professor yang mereka sendiri masih jauh dari
nilai-nilai moral pendidikan. Padahal mereka semua muslim. Siapa yang salah
sebenarnya? Jika diresapi secara mendalam, Jawabannya tidak lain adalah lebih
dikarenakan keringnya dan dangkalnya aqidah mereka.
Oleh sebab
itu, untuk menyelesaikan seluruh problematika tersebut, mau tidak mau aqidah
kaum muslimin harus dibangkitkan, seraya dimantapkan dan dihidupkan kembali melalui ilmu yang
bersumberkan dari wahyu. Manakala aqidah Islamiyah pada diri mereka telah
berfungsi kembali, maka sungguh semangat mereka akan kembali bangkit. Kaum muslimin akan kembali kepada Allah dan
terikat pada syari’at-Nya. Mereka akan semangat dan disiplin dalam melaksanakan
aturan-aturan islam. Karena sesungguhnya, islam tidak akan musnah dari muka
bumi ini, islam tidak akan lenyap dari muka bumi ini, islam tidak akan hilang
dari muka bumi ini, tapi iman dan keislaman kitalah yang bisa hilang dari diri
kita.
Untuk itu, marilah kita senantiasa waspada, memohon
petunjuk kepada Allah dan perlindungan dari bahaya godaan setan yang terkutuk.
Sebab, makhluk jahat yang satu ini akan senantiasa berusaha menggoda dan
menyesatkan aqidah kita. Dia akan datang dari depan, belakang, samping kanan,
samping kiri dan dari segala arah yang mungkin dia tembus. Satu cara gagal, dia
akan mengupayakan cara-cara yang lain yang lebih jitu. Begitu juga kita
berlindung dari syetan jenis manusia, yang mereka senantiasa mengerahkan
tenaganya untuk melemahkan aqidah kita. Karena syetan dari jenis manusia ini
juga tidak kalah berbahayanya, Apalagi dizaman globalisasi ini, mereka bukan
hanya menyerang aqidah kita dengan perbuatan takhayyul bid’ah dan khurafat.
Namun mereka juga menyerang pemikiran kita dengan paham pluralismenya,
liberalismenya dan juga sekularismenya serta berbagai isme-isme lain yang sangat-sangat
membahayakan aqidah kita.
Maka, tak sedikit orang yang akhirnya terjerumus
ke dalam jebakan setan-setan ini, kecuali orang-orang yang senantiasa memegang
dan menjaga aqidah islam dengan gigi gerahamnya yang kuat dan senantiasa
istiqomah dengannya.
بَارَكَ اللهُ لِي
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
الآيَاتِ وَالذِكْرِ الْحَكِيْمِ. فَتَقَبَّلْ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ
إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ الْعَلِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوا
اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَجْمَعِيْنَ............
الخطبة الثانية
الحمد لله رب
العاليمن، والعاقبة للمتقين، ولا عدوان إلا على الظالمين. وأشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، المبعوث رحمة للعالمين.
أما بعد،
فأوصيكم أيها الناس ونفسى بتقوى الله، اتقو الله حق تقاته، اتقوه ما استطعتم،
اتقوه وقولوا قولا سديدا، يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم، ومن يطع الله ورسوله
فقد فاز فوزا عظيما. إن الله وملائكته يصلون على النبي، ياأيها الذين آمنوا صلوا
عليه وسلموا تسليما.
اللهم صل على
نبينا محمد وعلى آل محمد، الحمد لله رب العالمين حمدا شاكرين حمدا ناعمين حمدا
يعافى نعمه ويكافى مزيده ياربنا لك الحمد كما ينبغى لجلال وجهك وعظيم سلطانك.
اللهم اغفر
للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب
الدعوات ياقاضى الحاجات.
اللهم أعز
الإسلام والمسلمين....اللَّهُمَّ اجْعَلْ بَلَدَنَا هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ
الثَّمَرَاتِ
مَنْ
آمَنَ مِنْهُمْ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ.
اللهم انصرنا
على القوم الكافرين والمشركين والمنافقين.
اللهم افتح لنا
قلوبنا وأفكارنا بنور هدايتك كما نورت الأرض بنور شمسك أبدا أبدا برحمتك يا أرحم الراحمين.
اللهم ارنا الحق حقا وارزقنا اتباعه وارنا الباطل باطلا وارزقنا اجتنابه
اللهم إنا
نعوذبك من قول بلا عمل
ربنا آتنا في الدنيا
حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار وأدخلنا الجنة مع الأبرار........ يا عزيز
ياغفار يا رب العالمين.
عباد الله، إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ
فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أقم الصلاة....
No comments:
Post a Comment