Siang itu, 11 tahun yang lalu, tepatnya hari
Rabu, 10 September 2003, panas begitu menyengat. Saat itu aku masih duduk di kelas
1 MANZA Purwokerto. Beberapa menit setelah bel dibunyikan, aku dan teman-teman
sekolahku berbondong-bondong keluar kelas. Perpulangan siswa di sekolah saat
itu pukul 13.30. Namun, aku tidak langsung pulang, karena aku masih harus
mengikuti pelajaran olahraga. Di mana hari Rabu adalah jadwal olahraga siang untuk
kelas I.4 dan kelas I.5.
Kelas I.4 adalah kelasnya temanku (Oky) dan
kelas I.5 adalah kelasku. Di samping sebagai teman karib sejak kecil, Oky juga
sepupuku (anak tunggal pak likku) dan rumahnya tidak jauh dari rumahku.
Sebelum
olahraga, ada sekitar waktu 30 menit untuk beristirahat. Biasanya waktu
istirahat itu aku gunakan untuk jajan, ngobrol-ngobrol, sholat dzuhur dan
persiapan ganti seragam olahraga. Kebetulan, ketika itu ada temanku
yang mondok di pesantren dekat sekolah mengajakku untuk sholat di pondoknya, namanya
pondok Al Jamil (Pondok inilah yang kemudian menjadi tempat belajarku satu
bulan kemudian).
Setelah selesai sholat, aku bersama teman yang
mondok itu segera bergegas kembali ke sekolah, tentunya sudah dengan mengenakan
seragam olahraga (kaos putih panjang dan celana training panjang berwarna
biru). Sambil menunggu guru olahraga (Kalo tidak salah namanya Bpk. Darmono,
S.Pd), aku dan teman-teman bermain bola, ada juga yang bermain tenis meja, dan ada
pula yang hanya duduk-duduk sambil ngobrol di bawah pohon halaman sekolah.
Singkat cerita, guru yang aku tunggu tak kunjung
datang. Akhirnya teman-teman memutuskan untuk pulang. Tanpa berpikir panjang,
aku pun bersiap untuk ikut pulang. Aku ambil tas di kelas dan langsung menuju
ke garasi sekolah. Aku pakai celana dan baju OSISku tanpa melepas baju seragam
olahragaku. Dan aku ambil motorku (dulu masih astrea grand 95).
Ketika aku nyalakan motor, tiba-tiba terdengar
suara panggilan ...Nang.... Nang..... dari arah belakang. Eh ternyata Oky yang
memanggilku. Aku pun langsung menyapanya... kenapa ada apa? Tanyaku.
Lalu dia balas menjawab; aku bonceng ya soalnya motorku dibawa sama Fitri (teman sekolah dan
tetanggaku juga). Aku hari ini pingin
bonceng aja, lanjutnya. Namanya teman, hal semacam ini sudah tak lagi
dipikir panjang. Okelah kalau begitu,
jawabku.
Dibawanya helm di tangan kanannya. Kemudian
dipakailah di kepalanya. Kami pun berboncengan pulang. Tak tau kenapa baru 5
menit di jalan, ban motor belakang gembes. Pikirku kurang angin. Lantas aku
cari tempat tambal ban di pinggir jalan dan langsung aku isi angin. Ketika aku
mau bayar, eh, si Oky malah nyeruduk dan langsung dia yang membayarnya. Inilah
salah satu sifat yang luar biasa dari Oky, seorang sahabat yang sangat loman
(dermawan) sama teman. Tak banyak perhitungan kalau masalah yang beginian.
Bukan hanya itu, ternyata dia juga mampir ke
warung membeli 3 batang rokok. Satu batang dia nyalakan. Satu batang dia
tawarkan ke aku, tapi saat itu aku menolaknya. Dan satu batang lagi dia taruh
di dalam kaos kaki.
Beberapa saat setelah itu, kami pun melanjutkan
perjalanan pulang. Saat di jalan, karena sambil merokok, Oky melepas helmnya.
Otomatis, tali helmku yang cukup panjang mengenai wajahnya, karena angin
berhembus kencang dari depan. Aku pun mengikatkan tali helmku agar tidak
mengenai wajah temenku itu.
Inilah kejadian yang sangat mengerikan,
menyedihkan dan memilukan terjadi. Saat aku mengendarai motor dengan kencang.
Ketika itu di perempatan Karang Salam arah menuju UNWIKU. Ada dua truk di
depan. Aku berusaha untuk mendahului dengan kecepatan penuh. Saat mendahului
satu truk, tiba-tiba muncul dari arah yang berlawanan sebuah sepeda motor
dengan keranjang di belakang. Aku kehilangan keseimbangan. Kaki temenku, Oky,
terseret motor berkeranjang itu. Dia terseret ke belakang, sementara di
belakang truk yang aku dahalui melaju kencang. Dan aku terseret ke depan
bersama motor yang aku bawa. Kejadian tragis terjadi. Semua berlalu seketika.
Dalam hitungan detik segalanya berubah.
Daaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrr....
aku terjatuh, helmku terlepas dari kepala. Kepalaku berdarah, punggungku
berdarah, kaki juga berdarah. Sementara baju yang aku kenakan sobek dan
bersimbah darah. Tapi aku masih bisa bangkit.
Aku
bangun. Aku cari dimana Oky berada. Aku datangi dia. Ternyata tubuhnya sudah
tergeletak di pinggir jalan dengan posisi terlentang. Darah keluar dari kepala,
hidung dan mulutnya. Aku pegang tangannya.
Aku pegang dadanya. Aku periksa nadinya. Aku periksa detak jantungnya. Tumpah
air mataku. Dia sudah lagi tidak bernyawa. Kejadian itu sungguh terjadi
seketika. Sahabat dekat sedari kecil sudah tiada. Inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un..... Sambil menangis di tepi jalan, aku sambil teriak Ya Allah... Ya
Allah.... tapi sudah tak ada yang bisa aku perbuat. Aku hanya bisa pandangi
jasadnya. Aku peluk tubuhnya. Aku panggil-panggil namanya. Tapi semuanya
sia-sia.
Sementara saat itu aku sudah mulai merasa
kesakitan. Seperti ada yang remuk dari tulangku. Darah terus mengalir di
seragam putih abu-abuku. Aku sangat bingung saat itu. Untungnya ada teman SMP
ku kebetulan lewat. Namanya Diaz (anak Pasir kalo tidak salah). Dengan membawa
motor satrianya, dia menawarkan pertolongan padaku. Aku pun memintanya mengantarkanku
pulang.
Aku masih ingat betul, saat pulang, banyak
orang-orang di jalan memandangiku. Mereka mungkin melihat keanehan pada diriku.
Mereka melihat seragam robek bersimbah darah. Pandangan mereka penuh dengan
rasa keibaan.
Saat sampai di rumah. Aku ucapkan banyak terima
kasih sama teman yang mengantarkanku itu. Namun baru mau turun dari motor, aku
langsung jatuh tersungkur. Tulang punggungku terasa begitu sakit. Dalam
setengah sadar itu, aku dengar teriakkan dari arah rumahku dan tetanggaku. Mereka
menangis histeris. Teriakkan dan tangisan tak terhindarkan. Aku hanya bisa diam
membisu tanpa kata. Aku merasa telah bersalah. Karena kecerobohanku aku telah
menghilangkan nyawa temanku. Ampuni hamba ya Rabb.... Akupun kemudian tak
sadarkan diri.
Aku dibawa ke rumah sakit dan menurut dokter aku
harus dioperasi. Tulang bawah leherku patah dan harus di pen. Bahkan sampai
hari ini, Rabu 10 September 2014, pen yang terdiri dari 5 mur itu masih
menempel di dadaku yang kanan. Biarlah pen ini sebagai kenangan bagiku yang tak
terlupakan.
Kata saudaraku, Saat aku berada di
ruang operasi, saat itu pula temanku, Oky, sudah berada di ruang mayat. Selamat
jalan teman sepermainan, selamat jalan teman seperjuangan. Kebaikanmu akan
senantiasa aku kenang.
Entah kenapa dia yang harus dipanggi duluan.
Padahal secara logika manusia, saya memiliki 3 orang bersaudara. Sementara Alm
Oky anak tunggal tanpa saudara. Aku hanya bisa meyakini pasti ada hikmah di
balik ini semua. Dan Allah Ta’ala yang lebih mengetahuinya.
--------------------------
Beberapa bulan kemudian, aku bermimpi. Dalam
mimpiku itu, aku bertemu dengan alm Oky. Aku bertanya padanya: Gimana kabarmu di sana Ok? Alhamdulillah Nang, untungnya aku dulu (saat
hidup) pernah ngaji, jawabnya
singkat.
Kemudian saat aku bangun aku berpikir. Kenapa
kok di mimpi itu, Oky menjawab untungnya pernah ngaji.
Aku langsung teringat, bahwa akhir ramadhan
tahun 2002 kami bersama sekitar 30 teman lainnya mengaji di madrasah Al Muntaha
yang di asuh oleh KH. Koko Abuyanto. Aku dan alm Oky
termasuk yang paling muda pada angkatan itu. Materi yang dikaji pada saat itu adalah tentang
konsentrasi atau muhasabah diri. Dimana kami dilatih untuk merenung di
keheningan malam, berkonsentrasi, berkontemplasi memikirkan tentang hidup dan
kehidupan. Ketika itu, kami semua menangis, mengakui atas dosa dan kesalahan
yang pernah kami perbuat. Dan diantara teman yang menangisnya paling keras saat
itu adalah alm Oky. Mungkin ngaji inilah yang menyelamatkan alm Oky di alam
sana. Wallahu a’lam bish shawwab.
Bulan Agustus dan September tahun 2003 adalah
bulan duka bagiku. Karena pada bulan Agustus, aku kehilangan guru spiritualku,
KH Koko Abuyanto (melalui beliau aku belajar tentang
ma’rifat dan ilmu alat),
dan pada bulan Septembernya aku kehilangan sahabatku, Septio Oky Wijayanto.....
Allahumma ighfir lahuma warhamhuma wa’afihima wa’fu ‘anhuma.... amin...
Baseh, 10 September 2014
No comments:
Post a Comment