Oleh: Alex Nanang Agus Sifa, S.Fil.I
Anak
adalah buah hati bagi kedua orang tuanya yang sangat disayangi dan dicintai. Sewaktu bahtera rumah tangga pertama kali diarungi, maka
pikiran pertama yang terlintas dalam benak suami istri adalah berapa jumlah
anaknya kelak akan mereka miliki serta ke arah mana anak tersebut akan dibawa.
Yang
menjadi persoalan adalah kemana anak akan kita arahkan
setelah mereka terlahir. Umumnya orang tua menginginkan agar kelak anak-anaknya
dapat menjadi anak yang sholeh, agar setelah dewasa mereka dapat menjadi orang yang bermanfaat
untuk orang-orang yang di sekitarnya.
Namun obsesi orang tua kadang tidak sejalan dengan usaha yang dilakukannya.
Padahal usaha merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi
terbentuknya watak dan karakter anak. Obsesi tanpa usaha adalah hayalan semu
yang tak akan mungkin dapat menjadi kenyataan.
Apakah kita menginginkan anak-anak kita menjadi orang
yang jauh dari agamanya yang kelihatannya bahagia di dunia namun menderita di
akhirat? Tentu tidak. Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan hendaklah takut kepada
Allah orang-orang yang sekiranya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka”
(QS. An Nisa ayat 9).
Pengertian
lemah dalam ayat ini, diantaranya adalah lemah
iman, lemah fisik, lemah intelektual dan lemah ekonomi. Oleh karena itu selaku
orang tua yang bertanggung jawab terhadap anak-anaknya, maka kita harus memperhatikan keempat hal ini. Pengabaian salah
satu dari empat hal ini adalah ketimpangan yang dapat menyebabkan ketidak
seimbangan pada anak.
Dalam era globalisasi ini, banyak orang tua yang mementingkan perkembangan anak
dari segi intelektual, fisik dan ekonomi semata dan mengabaikan perkembangan
iman. Orang tua terkadang berani melakukan hal apapun yang penting kebutuhan
pendidikan anak-anaknya dapat terpenuhi, sementara untuk memasukkan anak-anak
mereka pada TK-TP Al-Qur’an terasa begitu enggan. Padahal aspek iman merupakan
kebutuhan pokok yang bersifat mendasar bagi
anak.
Karena
itu sebagian orang tua yang bijaksana, mesti mampu memperhatikan
langkah-langkah yang harus di tempuh dalam merealisasikan obsesinya dalam
melahirkan anak yang sholeh. Di bawah ini akan diketengahkan beberapa langkah yang cukup
representatif dan membantu mewujudkan obsesi tersebut:
1.
Opini atau persepsi orang tua atau anak yang sholeh tersebut harus benar-benar
sesuai dengan kehendak Islam berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.
Anak
yang sholeh adalah anak yang tumbuh dalam naungan Allah
SWT. Maka mustahil ada anak dapat berbakti kepada orang tuanya jika anak tersebut jauh dari
perintah-perintah Allah SWT dan senang bermaksiat kepada-Nya. Anak yang senang bermaksiat kepada Allah SWT, jelas akan jauh dari perintah Allah dan kemungkinan
besar senang pula bermaksiat kepada kedua orang tuanya sekaligus.
Adapun jika
sang anak melakukan kebaikan atau mendoakan orang tuanya maka amal dari
kebaikannya juga merupakan amal orang tuanya dan doanya akan segera terkabul oleh Allah SWT. Jadi jelaslah bagi kita akan
gambaran anak yang sholeh yaitu anak yang taat kepada Allah SWT, menjauhi larangan-larangan-Nya, selalu mendoakan orang tuanya dan selalu
melaksanakan kebaikan-kebaikan.
2.
Menciptakan lingkungan yang kondusif ke arah terciptanya anak yang sholeh.
Lingkungan merupakan tempat di mana manusia melaksanakan aktifitas-aktifitasnya. Secara mikro lingkungan dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
Lingkungan merupakan tempat di mana manusia melaksanakan aktifitas-aktifitasnya. Secara mikro lingkungan dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga
merupakan sebuah institusi kecil dimana anak mengawali masa-masa
pertumbuhannya. Keluarga juga merupakan madrasah bagi sang anak. Pendidikan
yang didapatkan merupakan pondasi baginya dalam pembangunan watak, kepribadian
dan karakternya.
Jika
anak dalam keluarga senantiasa terdidik dalam warna keIslaman, maka
kepribadiannya akan terbentuk dengan warna keislaman
tersebut. Namun sebaliknya jika anak tumbuh dalam suasana yang jauh dari nilai-nilai
keislaman, maka jelas kelak dia akan tumbuh menjadi anak
yang tidak bermoral.
Agar
dapat memudahkan jalan bagi pembentukan kepribadian bagi anak yang sholeh, maka
keteladanan orang tua merupakan faktor yang sangat menentukan. Oleh karena itu,
selaku orang tua yang bijaksana dalam berinteraksi dengan anak pasti
memperlihatkan sikap yang baik, yaitu sikap yang sesuai dengan kepribadian yang
sholeh sehingga anak dapat dengan mudah meniru dan mempraktekkan sifat-sifat
orang tuanya.
b.
Lingkungan Sekolah
Sekolah
merupakan lingkungan di mana anak-anak berkumpul bersama teman-temannya yang
sebaya dengannya. Belajar, bermain dan bercanda adalah kegiatan rutin mereka di
sekolah. Sekolah juga merupakan sarana yang cukup efektif dalam membentuk watak
dan karakter anak. Di sekolah anak-anak akan saling mempengaruhi sesuai dengan
watak dan karakter yang diperolehnya dalam keluarga mereka masing-masing.
Faktor
yang juga cukup menentukan dalam membentuk watak dan karakter anak di sekolah
adalah konsep yang diterapkan sekolah tersebut dalam mendidik dan mengarahkan
setiap anak didik. Kualitas intelektual dan moral keagamaan
tenaga pengajar serta kurikulum yang dipakai di sekolah termasuk faktor yang
sangat menentukan dalam melahirkan murid yang berkualitas secara intelektual
dan spiritual atau moral keagamaan. Oleh sebab itu orang tua seharusnya mampu melihat
secara cermat dan jeli sekolah yang pantas bagi anak-anak mereka. Orang tua
tidak harus memasukkan anak mereka di sekolah-sekolah favorit semata dalam hal
intelektual dan mengabaikan faktor perkembangan akhlaq bagi sang anak, karena
sekolah tersebut akan memberi warna baru bagi setiap anak
didiknya.
c.
Lingkungan Masyarakat
Masyarakat
adalah komunitas yang terbesar dibandingkan dengan lingkungan yang kita
sebutkan sebelumnya. Karena itu pengaruh yang ditimbulkannya dalam merubah
watak dan karakter anak jauh lebih besar. Masyarakat yang mayoritas anggotanya hidup dalam
kemaksiatan akan sangat mempengaruhi perubahan watak anak kearah yang negatif.
Dalam masyarakat seperti ini akan tumbuh berbagai masalah yang merusak
ketenangan, kedamaian, dan ketentraman.
Anak yang telah di didik secara baik oleh orang tuanya
untuk selalu taat dan patuh pada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, dapat saja tercemari oleh limbah kemaksiatan yang
merajalela disekitarnya. Oleh karena itu untuk dapat mempertahankan kwalitas
yang telah terdidik secara baik dalam institusi keluarga dan sekolah, maka diperlukan
adanya kerjasama menciptakan lingkungan masyarakat yang baik dan yang kondusif
bagi anak.
Demikian
beberapa langkah yang dapat dilaksanakan dalam rangka membentuk anak agar
menjadi sholeh. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing langkah kita dalam
rangka mendidik anak-anak kita sehingga dapat menjadi qurrotu a’yun di
kehidupan kita, di dunia dan akhirat. amiin.
No comments:
Post a Comment