Saya lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 12 mei 1967. Nama asli saya Nio Cwan Chung. Saya adalah WNI keturunan Tionghoa. Sejak kecil saya mengenal dan menganut ajaran Konghucu, karena ayah saya seorang pendeta Konghucu. Selain mengenal ajaran Konghucu, saya juga mengenal ajaran Islam melalui pergaulan di lingkungan rumah dan sekolah. Saya sering memperhatikan cara-cara ibadah orang-orang muslim. Kerena terlalu sering memperhatikan tanpa sadar saya diam-diam suka melakukan shalat. Kegiatan ibadah orang lain ini saya lakukan walaupun saya belum mengikrarkan diri menjadi seorang muslim.
Kehidupan keluarga saya sangat memberikan kebebasan
dalam memilih agama. Sehingga saya memilih agama Kristen Protestan menjadi
agama saya. Setelah itu saya berganti nama menjadi Pilot Sagaran Antonio.
Kepindahan saya ke agama Kristen Protestan tidak membuat ayah saya marah. Ayah
akan sangat kecewa jika saya sekeluarga memilih Islam sebagai agama.
Sikap ayah saya ini berangkat dari image gambaran
buruk terhadap pemeluk Islam. Ayah saya sebenarnya melihat ajaran Islam itu
bagus. Apalagi dilihat dari sisi Al Qur’an dan hadits. Tapi, ayah saya sangat
heran pada pemeluknya yang tidak mencerminkan kesempurnaan ajaran agamanya.
Gambaran buruk tentang kaum muslimin itu menurut ayah
saya terlihat dari banyaknya umat Islam yang berada dalam
kemiskinan,keterbelakangan,dan kebodohan. Bahkan, sampai mencuri sandal di
mushola pun dilakukan oleh umat Islam sendiri. Jadi keindahan dan kebagusan
ajaran Islam dinodai oleh prilaku umatnya yang kurang baik.
Kendati demikian buruknya citra kaum muslimin di mata
ayah, tak membuat saya kendur untuk mengetahui lebih jauh tentang agama islam.
Untuk mengetahui agama Islam, saya mencoba mengkaji Islam secara komparatif
(perbandingan) dengan agama-agama lain. Dalam melakukan studi perbandingan ini
saya menggunakan tiga pendekatan, yakni pendekatan sejarah, pendekatan alamiah,
dan pendekatan nalar rasio biasa. Sengaja saya tidak menggunakan pendekatan
kitab-kitab suci agar dapat secara obyektif mengetahui hasilnya.
Berdasarkan tiga pendekatan itu, saya melihat Islam
benar-benar agama yang mudah dipahami ketimbang agama-agama lain. Dalam Islam
saya temukan bahwa semua rasul yang diutus Tuhan ke muka bumi mengajarkan
risalah yang satu, yaitu Tauhid. Selain itu, saya sangat tertarik pada kitab
suci umat Islam, yaitu Al-Qur’an. Kitab suci ini penuh dengan kemukjizatan,
baik ditinjau dari sisi bahasa, tatanan kata, isi, berita, keteraturan sastra,
data-data ilmiah, dan berbagai aspek lainnya.
Ajaran Islam juga memiliki system nilai yang sangat
lengkap dan komprehensif, meliputi system tatanan akidah, kepercayaan, dan
tidak perlu perantara dalam beribadah. Dibanding agama lain, ibadah dalam islam
diartikan secara universal. Artinya, semua yang dilakukan baik ritual, rumah
tangga, ekonomi, sosial, maupun budaya, selama tidak menyimpang dan untuk
meninggikan siar Allah, nilainya adalah ibadah. Selain itu,disbanding agama
lain, terbukti tidak ada agama yang memiliki system selengkap agama Islam.Hasil
dari studi banding inilah yang memantapkan hati saya untuk segera memutuskan
bahwa Islam adalah agama yang dapat menjawab persoalan hidup.
Masuk Islam
Setelah melakukan perenungan untuk memantapkan hati,
maka di saat saya berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA, saya putuskan
untuk memeluk agama Islam. Oleh K.H.Abdullah bin Nuh al-Ghazali saya dibimbing
untuk mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat pada tahun 1984. Nama saya
kemudian diganti menjadi Syafii Antonio.
Keputusan yang saya ambil untuk menjadi pengikut Nabi
Muhammad saw. Ternyata mendapat tantangan dari pihak keluarga. Saya dikucilkan
dan diusir dari rumah. Jika saya pulang, pintu selalu tertutup dan terkunci.
Bahkan pada waktu shalat, kain sarung saya sering diludahi. Perlakuan keluarga
terhadap diri saya tak saya hadapi dengan wajah marah, tapi dengan kesabaran
dan perilaku yang santun. Ini sudah konsekuensi dari keputusan yang saya ambil.
Alhamdulillah,perlakuan dan sikap saya terhadap mereka
membuahkan hasil. Tak lama kemudian mama menyusul jejak saya menjadi pengikut
Nabi Muhammad saw. Setelah mengikrarkan diri, saya terus mempelajari Islam,
mulai dari membaca buku, diskusi, dan sebagainya. Kemudian saya mempelajari
bahasa Arab di Pesantren an-Nidzom, Sukabumi, dibawah pimpinan K.H.Abdullah
Muchtar.
Lulus SMA saya melanjutkan ke ITB dan IKIP, tapi
kemudian pindah ke IAIN Syarif Hidayatullah. Itupun tidak lama, kemudian saya
melanjutkan sekolah ke University of yourdan (Yordania). Selesai studi S1 saya
melanjutkan program S2 di international Islamic University (IIU) di Malaysia,
khusus mempelajari ekonomi Islam.
Selesai studi, saya bekerja dan mengajar pada beberapa
universitas. Segala aktivitas saya sengaja saya arahkan pada bidang agama.
Untuk membantu saudara-saudara muslim Tionghoa, Saya aktif pada Yayasan Haji
Karim Oei. Di yayasan inilah para mualaf mendapat informasi dan pembinaan.
Mulai dari bimbingan shalat, membaca Al-Qur’an, diskusi, ceramah, dan kajian
Islam, hingga informasi mengenai agama Islam. (Hamzah, mualaf.com)
Redaksi : Saat ini M Syafii Antonio aktif diberbagai
Lembaga Keuangan Islam/Syariah baik Bank maupun Non Bank, dan membina berbagai
pendidikan syariah
Dr. Muhammad Syafii Antonio, MSc
- Doktor
Banking & Micro Finance, University of Melbourne, 2004
- Master
of Economic, International Islamic University, Malayasia, 1992
- Sarjana
Syariah, University of Jordan, 1990
- Komite
Ahli Pengembangan Perbankan Syariah pada Bank Indonesia
- Dewan
Komisaris Bank Syariah Mega Indonesia
- Dewan
Syariah BSM
- Dewan
Syariah Takaful
- Dewan
Syariah PNM
- Dewan
Syariah Nasional, MUI
Perbankan dan Syariah serta Pesantren
Muhammad Syafii Antonio adalah seorang alumni
pesantren yang tercebur ke dunia perbankan. Masuk pesantren dengan alasan ingin
mendalami Islam sebagai agama yang baru dianutnya, Syafii menapak sukses hingga
menjadi pakar ekonomi syariah nasional saat ini.
Ia memulai pendidikan pesantrennya pada 1985, ketika
lulus dari SMU. Ia masuk pesantren tradisional An-Nizham, Sukabumi. Alasannya
ketika itu ingin mendalami ilmu keislaman secara utuh. "Jika ingin menjadi
muslim yang komprehensif, pesantren adalah tempat yang ideal."
Tiga tahun di pesantren, ia melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Ia mendaftar ke ITB, IKIP, dan IAIN. Meski
diterima, karena ia ingin lebih besar untuk mempelajari Islam, Syafii memilih
belajar ke luar negeri. Lewat Muhammadiyah, ia mendapat kesempatan belajar di
Yordania untuk studi Islam bidang syariah.
Di saat yang sama ia juga mengambil kuliah ekonomi.
Lalu ia melanjutkan ke Al-Azhar untuk memperdalam studi Islam. Perjalanan
hidupnya berbelok ketika ia batal melanjutkan ke Manchester University karena
Perang Teluk. Akhirnya, ia mendaftar ke International Islamic University
Malaysia. Ia mengambil studi Banking and Finance dan selesai pada 1992.
Syafii berkecimpung di perbankan syariah mulai tahun
itu juga saat ia bertemu delegasi Indonesia yang akan mendirikan bank syariah
setelah melihat contoh bank syariah di Malaysia.
Kembali ke Indonesia, ia bergabung dengan Bank
Muamalat, bank dengan sistem syariah pertama di Indonesia. Dua tahun setelah
itu, ia mendirikan Asuransi Takaful, lalu berturut-turut reksa dana syariah.
Empat tahun membesarkan Bank Muamalat, ia mundur dan mendirikan Tazkia Group
yang memiliki beberapa unit usaha dengan mengembangkan bisnis dan ekonomi
syariah.
Sebagai alumni pesantren, Syafii mengungkapkan ketidakyakinannya
bahwa kurikulum pesantren bisa menghasilkan seseorang dengan mental teroris.
"Apalagi pesantren tradisional atau salafi," katanya. Pada pesantren
ini, tuntutan untuk tasawufnya cukup tinggi sehingga mereka menekankan pada
akhlak dan etika. "Bahkan saya melihat beberapa pesantren bisa terjerumus
pada zuhud yang negatif dan sangat berseberangan dengan apa yang saya dorong
sekarang," katanya.
Begitu pula di beberapa pesantren modern dan progresif
seperti Gontor, Darunnajah, dan lain-lain, pendekatan metode belajarnya sudah
diperbarui. "Santrinya sudah menggunakan dua bahasa asing dan tidak
terlalu terikat pada mazhab tertentu dari sisi fiqih dan akidah."
Kemudian ada jenis pesantren lainnya, yaitu yang
mencoba tidak hanya berkutat pada aspek teologi dan teori, tapi mungkin mereka
mencoba untuk merespons tantangan modernisasi dan westernisasi sebagai
realisasi amar ma'ruf nahi munkar. "Kalau yang terakhir ini yang
dikembangkan beberapa pesantren di Indonesia, tanpa saya berhak menyebut nama,
mungkin itu bisa jadi yang paling dekat pada pergerakan-pergerakan yang lebih
progresif," katanya. Toh, kalau pun ada tersangka teroris, itu tak bisa
disebut mewakili pesantren dan ajaran Islam.
Sebagai alumni pesantren, Syafii juga memiliki kritik
terhadap pendidikan pesantren saat ini. "Saya lihat kurikulumnya harus
ditinjau ulang," katanya. Ia mencontohkan kitab-kitab klasik yang
diajarkan di pesantren. "Konteks dan contohnya sudah sangat klasik dan
belum tentu selesai dipelajari dalam dua-tiga tahun," katanya. Ia
mengimbau agar kurikulum pesantren memadatkan apa saja yang harus dipelajari
santri. "Ada target yang harus dirancang untuk santri," katanya.
Selain itu, gaya belajar pesantren juga masih terpusat
pada satu-dua kiai. "Tak ada regenerasi dan tentu sangat berat bagi para
kiai itu untuk mengajar sekian banyak santri," katanya. Karenanya, tak
heran jika terdapat jarak yang jauh dalam penguasaan ilmu antara kiai dan
asistennya.
Dr.Muhammad
Syafii Antonio,MEc (Nio Gwan Chung) adalah salah satu ICON keuangan dan
perbankan syariah di Indonesia. Beliau diamanati sebagai Ketua Sekolah Tinggi
Ekonomi Islam (STEI) TAZKIA. Meyelesaikan program Doktoral dalam Micro Finance
dari University of Melbourne (2004), Master of Economics dari International
Islamic University, Malaysia (1992) dan lulus sebagai sarjana Syariah dari
University of Jordan (1990). Disamping itu Antonio telah melakukan visiting
research di Al-Azhar University Cairo dan Oxford University, Inggris. Melalui
Batasa Tazkia Consulting, Antonio telah membantu penumbuhan lebih dari 14 Unit
Usaha Perbankan Syariah dan 7 asuransi syariah serta melatih lebih dari 6000
praktisi keuangan. Saat ini Antonio diamanati sebagai Komite Perbankan Syariah
pada Bank Indonesia, Shariah Advisory Council Bank Sentral Malaysia, serta
Global Shariah Board al- Mawarid DUBAI. Antonio juga duduk sebagai
Advisor/Dewan Pengawas di Bank Syariah Mandiri, Takaful, Bank Mega Syariah,
Schroders Investment Manager dan PNM. Antonio telah menerbitkan 12 buku tentang
Perbankan Syariah, Leadership dan Manajemen. Atas kiprahnya Antonio dianugrahi
“Syariah Award” oleh Bank Indonesia, MUI dan Bank Muamalat (2003),
Anticorruption & Good Governance Award dari Kementrian Aparatur Negara
(2007), Arab Asia Finance Recognition Award dari Arab Asia Finance Forum (2008)
dan Australian Alumni Award dari Pemerintah Australia (2009). Antonio adalah
penerima Best Islamic Book (IBF Award, 2009), juga dipromosikan oleh
Departement Keuangan RI sebagai nominee IDB Prize dari Indonesia.
Dr.Muhammad
Syafii Antonio,MEc (Nio Gwan Chung) is the icon of Islamic banking and finance
in Indonesia. He is the Chairman of Tazkia University College of Islamic
Economics (STEI TAZKIA). He earned his PhD in Micro Finance from University of
Melbourne (2004), Master of Economics from International Islamic University,
Malaysia (1992) and completed his first degree in Islamic Law from University
of Jordan (1990). He also conducted a visiting research program at Al-Azhar
University Cairo and Oxford University, UK. With his team in Tazkia Consulting,
Antonio has helped the establishment of more than 14 Islamic divisions of
conventional banks, 7 newly established Islamic insurance operations, and
trained more than 6000 financial practitioners in the country. Currently
Antonio seats as Islamic Banking Committee at the Central Bank of Indonesia,
Central Bank of Malaysia, Global Shariah Board of al- Mawarid Finance and
insurance DUBAI. Antonio also supervises Bank Syariah Mandiri, Takaful
insurance, Bank Mega Syariah, Schroders Investment Manager dan PNM holding. Up
today, Antonio published more than 12 books on Islamic banking, Zakat,
Leadership and Managemen. For his effort in this field Antonio was awarded
“Syariah Award” by the Central Bank of Indonesia, Indonesian Council of Ulama
(MUI), and Bank Muamalat (2003), Anticorruption & Good Governance Award by
Ministry of State Apparatus (2007), Arab Asia Finance Recognition Award by Arab
Asia Finance Forum (2008) and won Australian Alumni Award from the Government
of Australia (2009). Antonio is also the recipient of IBF Award, 2009 for his
best selling book “Muhammad SAW The Super Leader Super Manager”, and IDB Prize
Nominee from Indonesia (by the Ministry of Finance). Syafii melihat para kiai
ilmunya sangat banyak dan ikhlas, tapi kurang responsnya terhadap
masalah-masalah sosial, ekonomi, dan kemasyarakatan
1 comment:
This is wonderful website
Qassim & QU
Post a Comment