Saturday, 30 September 2017

JALIN PERSAUDARAAN DENGAN SALING MEMAAFKAN




Saling memaafkan merupakan sesuatu hal yang sudah selayaknya menjadi akhlak bagi kita sebagai seorang muslim. Karena, saling memaafkan dapat melanggengkan hubungan ukhuwah islamiyyah diantara kita. Rasa ketersinggungan hati dan kekecewaan yang pernah terlintas di benak kita sesama muslim akan hilang dengan adanya sikap saling memaafkan.

Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin sangat menuntut umatnya untuk sentiasa mudah meminta maaf dan mudah memberi maaf terhadap sesama saudaranya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan Sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak, mereka itu mendapat azab yang pedih. Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (Q.S. As Syura: 40)

Dari ayat di atas, nilai atau hikmah yang bisa kita petik adalah bahwa kita sebagai muslim diperbolehkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk membalas kedzaliman orang yang mendzalimi kita. Karena membalas kedzaliman dengan hal yang semisalnya merupakan bentuk pembelaan diri dan bukan sebuah dosa. Akan tetapi, ketika kita mau bersabar dan memaafkan orang yang mendzalimi kita, maka sesungguhnya hal yang demikian itu lebih utama. Artinya, ketika kita mau memaafkan orang yang telah berbuat aniaya atau dzalim terhadap diri kita maka kita akan memperoleh keutamaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Inilah aturan Islam yang penuh dengan kasih sayang. Islam telah mengatur tatanan kehidupan manusia, yang salah satunya adalah dengan memerintahkan kepada manusia untuk saling memaafkan. Apabila kita sebagai pihak yang bersalah atau yang berbuat dzalim, maka sudah sewajarnya kita meminta maaf. Begitu juga sebaliknya, apabila kita sebagai pihak yang didzalimi, maka kita juga harus memberi kesempatan orang yang mendzalimi tersebut untuk meminta maaf dan kita siap untuk memaafkan.


Dalam Islam, meminta maaf bukan berarti sifat yang dimiliki oleh orang yang lemah sebagaimana persangkaan sebagian orang. Meminta maaf bukanlah merupakan kelemahan, justru kelemahan itu sendiri adalah seseorang yang menyembunyikan kesalahannya dan berlindung dibalik kesombongan dan bersikukuh dengannya. Orang yang meminta maaf adalah orang yang berani. Dikatakan berani karena dia mau mengakui kesalahan yang telah dia perbuat dan meminta maaf atasnya. Sedangkan orang yang memaafkan adalah masuk dalam golongan orang yang sabar, karena dia telah menahan dirinya untuk tidak membalas kedzaliman dengan kedzaliman dan dia mau memaafkan orang yang telah mendzaliminya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat Maha Pengampun dan Pemaaf. Dia mengampuni dan memaafkan dosa dan kesalahan setiap hamba yang mau bertaubat kepada-Nya. Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala saja sebagai pencipta kita maha memaafkan bagi setiap hamba yang mau meminta maaf kepada-Nya, masa kita sebagai ciptaan-Nya tidak mau memaafkan saudara kita sesama muslim. Apalagi di dalam moment hari raya idul fitri. Sudah menjadi ajaran Islam memanfaatkan moment Idul Fitri untuk saling memaafkan, menjalin silaturahim, merapatkan kembali hubungan yang terenggangkan oleh masalah-masalah kehidupan.

Namun demikian, dalam Islam, saling memaafkan tidak hanya berlaku di hari raya Idul Fitri akan tetapi juga di hari-hari biasa. Karena, dalam satu tahun yg jumlahnya kurang lebih 365 hari, tentunya banyak diantara kita yang baik disengaja maupun tidak sengaja berbuat salah kepada orang lain. Untuk itu, tidaklah tepat jika kita saling memaafkan hanya satu kali dalam satu tahun. Meminta maaf tidak semestinya di hari raya saja karena kita tidak tahu apakah Allah Subhanahu wa Ta’ala masih memanjangkan umur kita untuk dapat berada di hari raya yang akan datang.

Oleh karena itu, marilah kita saling memaafkan dan jadikan ia sebagai amalan harian kita. Dengan tujuan, agar kita bisa masuk menjadi salah satu ciri orang yang bertaqwa (muttaqin) dan memasuki surga yang telah disediakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firmannya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu, Allah menyediakan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik diwaktu lapang atau sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Al-Imran: 133-134)


Oleh: Alex Nanang Agus Sifa

No comments: