Menulis itu penting. Inilah tema
yang aku ambil dalam tulisan malam hari ini. Tema ini aku tulis karena aku tadi
mengikuti kajian bersama ust. Hamid. Memang, setiap ada pertemuan, baik itu
pertemuan resmi (formal) maupun pertemuan biasa, tentu ada saja hal yang aku
dapatkan. Setidaknya ada motivasi yang dapat diambil dalam pertemuan dengan
beliau.
Di kesempatan kali ini, pertemuan
berlangsung dalam rangka pembahasan kajian CIOS. Kebetulan aku merupakan salah
satu dari penanggung kajian tersebut. Aku memegang dan diberi tanggung jawab
kajian filsafat Barat. Kajian yang aku pegang ini cukup berat, karena filsafat
barat bersifat global yang memiliki wilyah kajian cukup luas. Baik dari segi
tokohnya maupun pemikiran yang mewarnainya.
Pertemuan yang berlangsung selama
satu setengah jam tersebut kurang lebih membahas tentang pentingnya dunia tulis
menulis. Beliau memulainya dengan menceritakan pengalaman beliau ketika dulu
belajar di perguruan tinggi. Dari mulai pengalaman diskusi, mengikuti belajar
di ruang perkuliahan dan juga ketika beliau menerjemahkan beberapa buku.
Menurutnya, modal terbesar mahasiswa
adalah bahan bacaan. Semakin banyak apa yang dia baca maka akan semakin terisi
lemari yang ada di kepalanya. Karena tanpa membaca, seorang mahasiswa tak akan
bisa berdiskusi dan itu berakibat tidak bisa menulis apa-apa. Karena tulisan
merupakan penuangan apa yang ada di dalam pemikiran. Sementara apabila
pikirannya kosong maka tidak ada yang akan disampaikan.
Harga orang itu bisa terlihat dari
apa yang dia katakan. Tidak usah butuh waktu terlalu lama untuk mengetahui hal
tersebut. Karena setiap kata yang keluar dari mulutnya merupakan bentuk isi
dari apa yang ada dipikirannya.
Seperti makan bagi tubuh,
maka membaca juga demikian bagi otak. Makanan otak adalah bacaan dan
Intelektual seseorang sangat ditentukan dari apa yang dia baca. Semakin besar
daya bacanya, maka akan semakin sehat otaknya. Tapi tentunya bentuk bacaan juga
harus dipilah-pilah. Jangan asal baca. Karena di dunia ini banyak bacaan yang
memiliki virus berbahaya bagi otak dan justru menyebabkan penyakit yang
beraneka mulai yang berujung pada kesesatan. Sekali lagi, membaca seperti
makan.
No comments:
Post a Comment