Wednesday, 10 October 2012

Coretan kehidupan (dakwah)


Hidup adalah gerak. Dan setiap gerakan membutuhkan waktu dan ruang. Di situ terlihat sebuah proses yang terjadi.
Ketika aku merenung, mengamati serta mencermati orang-orang yang telah berhasil (sukses), maka aku akan mendapatkan mereka yang telah berusia cukup lanjut. Sebagai contoh misalnya, ust. Hamid baru mencapai kematangan intelektualnya ketika berusia 52 tahun, habiburahman es-shirazy (novelis terkenal) baru merasakan hasil tulisan novelnya ketika menginjak usia 40 tahun, begitu juga Andrea Hirata (lascar pelangi 30 tahun), Ahmad Fuadi (negeri 5 menara 40 tahun). Juga Adian Husaini, Adnin Armas (yang baru meraih gelar doctor setelah proses yang begitu panjang).
Itu semua menunjukkan akan adanya sebuah proses yang teramat panjang untuk menggapai sebuah kesuksesan. Dalam proses tersebut, tentunya dibutuhkan persyaratan, diantaranya: kesabaran, perjuangan, pengorbanan, tetesan air mata, dan banyak hal yang tidak mengenakkan serta tidak menyenangkan.
Sejauh mana aku melangkah maka sejauh itu pula aku harus kembali ke tempat semula. Sepanjang jalan yang aku lewati, maka itu akan sangat menentukkan bekal yang harus aku persiapkan. Semakin panjang proses maka akan semakin banyak perjuangan, dan semakin banyak perjuangan maka akan semakin banyak pula yang akan didapatkan. Hidup tidak lain adalah apa yang aku tanam. Dan suatu saat akan menuai tanaman yang aku tanam itu. Permasalahannya adalah bagaimana aku harus menanam dan memelihara tanaman agar tetap tumbuh.
Sudah lama aku ketahui bahwa hidup itu tidak ada yang senang selamanya dan juga tidak ada yang susah selamanya. Semuanya silih berganti tiada henti. Sejatinya semua itu tergantung  pada isi hati masing-masing orang, karena semakin luas hati seseorang apapun yang terjadi dia akan senantiasa merasa lapang dan begitu juga sebaliknya. Pertimbangan dalam hidup sebenarnya hanya satu; yaitu dalam proses hidup, mana yang akan kita ambil terlebih dahulu; susah dulu atau senang dulu? Kalau sekarang mau bersenang-senang berarti suatu saat tinggal merasakan penderitaan dan apabila sekarang lebih memilih menderita maka insya Allah suatu saat kesenangan akan segera datang.
Yang pasti, ilmu dalam hidup harus dicari. Terutama ilmu tentang pengertian KEBAHAGIAAN. Karena ketika kita mengetahui dan memahami apa itu kebagahagiaan, maka apapun kondisi kita yang sekarang (susah maupun senang), kita akan tetap merasa bahagia. Dengan demikian ilmu tentang KEBAHAGIAAN menjadi hal yang mutlak untuk diketahui, tanpanya hidup ini akan menjadi gelap gulita tanpa arah.
Hari ini cukup bersejarah bagiku karena aku memberanikan diri untuk berdakwah. Yang dimaksud dakwah di sini yaitu aku terjun secara langsung menasehati salah satu warga yang sedang berduaan antar lawan jenis. Keberanianku itu muncul karena aku melihat hal yang tidak wajar terjadi. Seorang anak remaja yang berduaan di rumahnya sementara para warga sedang khusyu menunaikan shalat tarawih. Awalnya aku merasa biasa saja ketika ada seorang cowo dari luar desa yang bertamu di salah satu rumah warga yang kebetulan ada anak cewe’nya. Perasaan khawatir akan adanya perbuatan yang tidak baik belum terlintas dibenakku. Tapi tiba-tiba setelah lebih dari 1 jam, kekhawatiran itu mulai muncul tepat setelah adzan isya berkumandang.
Ketika aku melangkahkan kaki ke masjid untuk menunaikan shalat tarawih, aku melihat sepeda motor yang ditumpangi pemuda tersebut masih terlihat jelas parkir di halaman rumah seorang pemudi. Sebelumnya sudah aku ingatkan lewat sms agar si pemudi tersebut berhati2. Tak lama kemudian sms ku dibalas dengan jawaban mengiyakan. Aku pun merasa tenang karena nasehatku sepertinya agak dihiraukan olehnya. Tapi ternyata itu hanya terlihat kata2 belaka. Karena terbukti tidak ada tindakan nyata dari sang pemudi. Dari sini terlihat pemudi itu sedikit menyepelekan dan menganggap sms ku hanya angin lalu. Akhirnya, setelah shalat isya berjamaah selesai aku kerjakan, aku tidak meneruskan ke shalat tarawih. Hal itu aku lakukan karena hatiku merasa gundah gulana melihat kelakuan satu orang ini. Aku pun langsung bergegas ke rumahanya, sementara orang lain masih khusyu berjamaah. Aku mencoba melihat keadaan. Apa yang mereka berdua lakukan di dalam ruang tamu rumahnya itu. Setelah berpikir cukup panjang dan mungkin kesabaranku juga sedikit habis, akhirnya aku memberanikan diri masuk ke dalam rumahnya. Aku dapati mereka berdua lagi asyik duduk berdekapan layaknya pasangan muda mudi di perkotaan. Aku duduk di samping mereka dan aku perintahkan si pemuda agar mendekat di sampingku. Dengan berbagai macam pertanyaan aku lemparkan ke diri si pemuda itu yang pada akhirnya dia berkesimpulan untuk pulang dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan ini untuk yang kedua kalinya.
Aku yakin perbuatanku ini akan memiliki efek yang cukup panjang, baik untuk diriku sendiri maupun mereka berdua bahkan orang yang dekat dengan mereka berdua. Aku akan siap menerima konsekuensi dengan tindakanku ini. Yang jelas aku berusaha dalam posisi benar, setidaknya apa yang aku lakukan ini akan bermanfaat bagi diriku sendiri maupun warga sekitar. Karena aku sangat yakin jika perbuatan semacam ini terus menerus dibiarkan maka yang akan terjadi adalah kebiasan buruk yang dianggap baik. Dan ini berbahaya. 

No comments: