Hidup
adalah gerak. Dan setiap gerakan membutuhkan waktu dan ruang. Di situ terlihat
sebuah proses yang terjadi.
Ketika
aku merenung, mengamati serta mencermati orang-orang yang telah berhasil
(sukses), maka aku akan mendapatkan mereka yang telah berusia cukup lanjut.
Sebagai contoh misalnya, ust. Hamid baru mencapai kematangan intelektualnya
ketika berusia 52 tahun, habiburahman es-shirazy (novelis terkenal) baru
merasakan hasil tulisan novelnya ketika menginjak usia 40 tahun, begitu juga
Andrea Hirata (lascar pelangi 30 tahun), Ahmad Fuadi (negeri 5 menara 40
tahun). Juga Adian Husaini, Adnin Armas (yang baru meraih gelar doctor setelah
proses yang begitu panjang).
Itu
semua menunjukkan akan adanya sebuah proses yang teramat panjang untuk
menggapai sebuah kesuksesan. Dalam proses tersebut, tentunya dibutuhkan
persyaratan, diantaranya: kesabaran,
perjuangan, pengorbanan, tetesan air mata, dan banyak hal yang tidak
mengenakkan serta tidak menyenangkan.
Sejauh
mana aku melangkah maka sejauh itu pula aku harus kembali ke tempat semula.
Sepanjang jalan yang aku lewati, maka itu akan sangat menentukkan bekal yang
harus aku persiapkan. Semakin panjang proses maka akan semakin banyak
perjuangan, dan semakin banyak perjuangan maka akan semakin banyak pula yang
akan didapatkan. Hidup tidak lain adalah apa yang aku tanam. Dan suatu saat
akan menuai tanaman yang aku tanam itu. Permasalahannya adalah bagaimana aku
harus menanam dan memelihara tanaman agar tetap tumbuh.
Sudah
lama aku ketahui bahwa hidup itu tidak ada yang senang selamanya dan juga tidak
ada yang susah selamanya. Semuanya silih berganti tiada henti. Sejatinya semua
itu tergantung pada isi hati
masing-masing orang, karena semakin luas hati seseorang apapun yang terjadi dia
akan senantiasa merasa lapang dan begitu juga sebaliknya. Pertimbangan dalam
hidup sebenarnya hanya satu; yaitu dalam proses hidup, mana yang akan kita
ambil terlebih dahulu; susah dulu atau senang dulu? Kalau sekarang mau
bersenang-senang berarti suatu saat tinggal merasakan penderitaan dan apabila
sekarang lebih memilih menderita maka insya Allah suatu saat kesenangan akan
segera datang.
Yang
pasti, ilmu dalam hidup harus dicari. Terutama ilmu tentang pengertian
KEBAHAGIAAN. Karena ketika kita mengetahui dan memahami apa itu kebagahagiaan,
maka apapun kondisi kita yang sekarang (susah maupun senang), kita akan tetap
merasa bahagia. Dengan demikian ilmu tentang KEBAHAGIAAN menjadi hal yang
mutlak untuk diketahui, tanpanya hidup ini akan menjadi gelap gulita tanpa
arah.
Hari
ini cukup bersejarah bagiku karena aku memberanikan diri untuk berdakwah. Yang
dimaksud dakwah di sini yaitu aku terjun secara langsung menasehati salah satu
warga yang sedang berduaan antar lawan jenis. Keberanianku itu muncul karena
aku melihat hal yang tidak wajar terjadi. Seorang anak remaja yang berduaan di
rumahnya sementara para warga sedang khusyu menunaikan shalat tarawih. Awalnya
aku merasa biasa saja ketika ada seorang cowo dari luar desa yang bertamu di
salah satu rumah warga yang kebetulan ada anak cewe’nya. Perasaan khawatir akan
adanya perbuatan yang tidak baik belum terlintas dibenakku. Tapi tiba-tiba
setelah lebih dari 1 jam, kekhawatiran itu mulai muncul tepat setelah adzan
isya berkumandang.
Ketika
aku melangkahkan kaki ke masjid untuk menunaikan shalat tarawih, aku melihat
sepeda motor yang ditumpangi pemuda tersebut masih terlihat jelas parkir di
halaman rumah seorang pemudi. Sebelumnya sudah aku ingatkan lewat sms agar si
pemudi tersebut berhati2. Tak lama kemudian sms ku dibalas dengan jawaban
mengiyakan. Aku pun merasa tenang karena nasehatku sepertinya agak dihiraukan
olehnya. Tapi ternyata itu hanya terlihat kata2 belaka. Karena terbukti tidak
ada tindakan nyata dari sang pemudi. Dari sini terlihat pemudi itu sedikit
menyepelekan dan menganggap sms ku hanya angin lalu. Akhirnya, setelah shalat
isya berjamaah selesai aku kerjakan, aku tidak meneruskan ke shalat tarawih.
Hal itu aku lakukan karena hatiku merasa gundah gulana melihat kelakuan satu
orang ini. Aku pun langsung bergegas ke rumahanya, sementara orang lain masih
khusyu berjamaah. Aku mencoba melihat keadaan. Apa yang mereka berdua lakukan
di dalam ruang tamu rumahnya itu. Setelah berpikir cukup panjang dan mungkin
kesabaranku juga sedikit habis, akhirnya aku memberanikan diri masuk ke dalam
rumahnya. Aku dapati mereka berdua lagi asyik duduk berdekapan layaknya
pasangan muda mudi di perkotaan. Aku duduk di samping mereka dan aku
perintahkan si pemuda agar mendekat di sampingku. Dengan berbagai macam
pertanyaan aku lemparkan ke diri si pemuda itu yang pada akhirnya dia
berkesimpulan untuk pulang dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan ini
untuk yang kedua kalinya.
Aku
yakin perbuatanku ini akan memiliki efek yang cukup panjang, baik untuk diriku
sendiri maupun mereka berdua bahkan orang yang dekat dengan mereka berdua. Aku
akan siap menerima konsekuensi dengan tindakanku ini. Yang jelas aku berusaha
dalam posisi benar, setidaknya apa yang aku lakukan ini akan bermanfaat bagi
diriku sendiri maupun warga sekitar. Karena aku sangat yakin jika perbuatan
semacam ini terus menerus dibiarkan maka yang akan terjadi adalah kebiasan
buruk yang dianggap baik. Dan ini berbahaya.
No comments:
Post a Comment