Inilah
malam nuzul al-Qur’an. Malam ini merupakan malam special bagi seluruh kaum
muslimin di seantero jagad. Karena di malam ini al-Qur’an diturunkan oleh Allah
SWT ke lauh makhfudz. Bersamaan dengan itu, di malam ini juga aku dilahirkan ke
muka bumi. Kurang lebih 23 Tahun yang lalu aku dilahirkan tepat di malam nuzul
al-Qur’an ini. Di hati kecil ini sedikit mengganjal pertanyaan; ada apa di
balik malam ini? Kenapa aku dilahirkan bertepatan dengan malam yang mulia ini?
Apakah ini hanya sekedar kebetulan? Atau memang ada sesuatu yang tersembunyi
dibaliknya?
Jika
aku menelusuri perjalanan hidupku selama ini, memang aku temukan beberapa hal
yang mungkin itu bisa dikatakan kelebihan. Kenapa aku dilahirkan di baseh gunung?
Kenapa aku diberi kesempatan untuk belajar di Gontor? Kenapa aku diberi sedikit
pengetahuan tentang agama? Dan kenapa ketika itu, kurang lebih 7 tahun yang
lalu tepatnya tahun 2003 tidak aku saja yang meninggal dalam kecelakaan?
Bukankah aku tiga bersaudara yang apabila dikurangi satu maka orang tuaku masih
punya dua lagi? Sementara temanku yang meninggal itu adalah anak tunggal?
Kenapa? Ada apa dibalik semua ini? Apa memang Allah melebihkan kehidupanku di
banding orang lain disekitarku?
Sekarang
usiaku sudah tidak muda lagi. Tapi sampai saat ini aku masih membebani kedua
orang tuaku dan keluargaku. Di hati kecil sebenarnya ada perasaan malu. Karena
kalau melihat teman sejawatku bahkan ada dari mereka yang usianya lebih muda
dariku sudah bisa menghasilkan materi. Sementara aku belum bisa menghasilkan
itu. Aku masih menjadi beban dan banyak orang yang terbebani karena aku. Dalam
perenungan sering terlintas pertanyaan: sampai kapan semua ini berakhir? Sampai
kapan aku bisa berpenghasilan? Pertanyaan yang seperti ini kadang membuatku
putus asa bahkan merasa menyerah dalam keadaan saat ini “mencari ilmu”.
Ya
aku sadar inilah jalan hidupku. Setiap orang mempunyai jalan hidupnya
masing-masing. Tidak ada seorangpun yang hidup di dunia ini senang selamanya,
tidak pula sedih selamanaya. Tapi bagaimana agar ketika senang dan sedih, aku
bisa merasa tetap bahagia. Pertanyaan yang menggelitik ini tentu jawabannya
adalah harus dengan ilmu. Kemudian pertanyaan berikutnya, ilmu yang semacam
apakah yang bisa membuat hal itu terwujud? Di manakah harus mendapatkannya? Di
sekolah kah? Di kuliah kah? atau menunggu hidayah dan pemberian dari Tuhan?
Tentunya
semua itu harus dengan berusaha. Tidak boleh aku menyalahkan taqdir. Karena
taqdir itu datangnya dari Allah dan Allah tidak akan mungkin mendzalimi
hambaNya. Untuk itu tugasku sekarang adalah dengan terus berusahan serta
berhusnu dzan kepada Allah. Allah punya rencana lain yang itu tentunya kebaikan
buat hambaNya.
No comments:
Post a Comment