Selama tiga hari aku mengikuti Pelatihan Manajerial Forum Silaturrahim Dakwah Kampus (PMFSLDK) se-Jawa Timur. Hadir dikesempatan ini mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai macam kampus se-jawa timur, Bali dan juga Madura. Diperkirakan jumlah peserta pelatihan tersebut 300 delegasi.
Acara yang berlangsung di hall (balai pertemuan
Universitas Brawijaya) yang bernama Widyaloka ini cukup meriah, tidak seperti
yang saya perkirakan sebelumnya. Hampir setiap kursi terisi, hanya sedikit yang
kelihatan kosong dan itupun dibagian belakang. Karena merupakan acara yang
berlandaskan keislaman, tentunya dalam pertemuan tersebut terpisah antara
akhwat dan ikhwannya. Akan tetapi dengan tanpa menggunakan hijab.
Acara ini berlangsung selama tiga hari dari mulai hari
Jum’at dan ditutup pada hari Ahad sore. Walaupun demikian tidak serta merta aku
dan teman-teman dari ISID kemudian datang pada hari Jum’atnya. Namun kita
berusaha untuk sampai dilokasi satu hari sebelumnya atau minimal malam
sebelumnya. Aku dan teman-teman (berempat) pun mencoba berangkat dari kampus
pada hari Kamis sekitar jam 9 pagi. Dengan harapan agar dapat sampai ke tujuan
malam harinya. Karena diperkirakan perjalanan menuju ke Malang kurang lebih
tujuh jam.
Ternyata tidak seperti dugaan sebelumnya, aku dan
teman-teman tiba di kota Malang sekitar jam 9 malam. Itu berarti hampir 12 jam
kita menghabiskan waktu diperjalanan. Sesuatu yang seharusnya tidak terjadi.
Hal ini bukan disebabkan karena aku memilih untuk santai dijalan akan tetapi
yang menjadi penyebab lamanya perjalanan tersebut yaitu ban sepeda motor yang
aku kendarai bocor sampai dua kali ketika aku diantarkan temanku menuju ke
terminal dan juga disebabkan oleh lamanya kita mencari warung nasi ketika makan
siang dan malam.
Sesampai
di Malang (tepatnya di kampus Brawijaya), kita berempat berjalan mencari tempat
peristirahatan. Hampir 1 KM kita melangkah, namun tempat yang dimaksud belum juga
kita temukan. Hal ini menjadikan kita putus asa sampai-sampai cemoohan kecil
kepada panitia pelaksana keluar dari mulut kita. Kekecewaan kitapun semakin
menjadi ketika nomor HP panitia tidak aktif ketika kami hubungi. Tanpa berpikir
panjang, kitapun langsung mencari informasi lewat satpam yang berada persis di samping
pintu gerbang kampus. Setelah mendapatkan sedikit pemahaman, kita langsung
bergegas menuju tempat yang ditunjuk pak satpam.
Dihari
pertama, kami berempat dengan penuh semangat bersiap diri menuju ke arah gedung
balai pertemuan. Di hari yang bertempatan dengan shalat jum’at itu kami
mengikuti acara perdana yang berupa bedah buku. Kali ini buku yang dibedah
merupakan buku terjemahan dari ulama timur tengah yang kalau tidak salah
inisialnya (Al-Kilani). Buku ini memiliki dua fersi terjemahan, pertama versi Malaysia,
buku ini diberi judul masa
kelam umat islam dan kemenangan perang salib. Sedangkan dalam versi
kedua yang dicetak di Indonesia diberi judul misteri masa kelam umat islam dan kemenangan perang salib.
Secara ringkas, buku ini
mendeskripsikan kegagalan umat islam yang disebabkan oleh perpecahan di dalam
tubuh umat islam sendiri ke dalam madzhab, golongan ataupun aliran.
Bedah
buku yang nara sumbernya merupakan alumni Gontor ini berlangsung selama dua
sesi. Sesi pertama berupa pemaparan dan pendeskripsian (historitas) dan yang
kedua dengan dihadirkan seorang pembanding (tapi sepertinya pembandingnya
kurang menguasai materi).
Jum’at
malamnya acara dilanjutkan dengan ta’arruf yang berlangsung di masjid Raden
Fatah UniBraw. Satu persatu perwakilan setiap kampus yang mengirimkan
delegasinya mengenalkan diri beserta beberapa jumlah anggotanya. Tidak
ketinggalan aku beserta tiga temanku mengenalkan diri dengan tidak lupa
menyampaikan salam dari teman-teman di kampus kepada para peserta yang hadir
ketika itu. Suasana pun tampak ramai ketika nama Gontor muncul kepermukaan.
Karena ternyata ada sebagian dari peserta yang merupakan alumni dari pondok
cabang.
Di
hari kedua dan ketiga tidak jauh berbeda dengan hari yang pertama. Acara
diselenggarakan melalui beberapa sesi yang malamnya di akhiri dengan musyawarah
yang berlangsung di masjid.
Ada
sedikit hal yang mungkin perlu aku catat di sini: pertama, pengalaman dan
wawasanku semakin bertambah dengan mengikuti acara LDK ini, baik pengalaman berupa
keorganisasian maupun pengalaman tentang kehidupan. Kedua, dengan mengikuti
acara seperti ini, hubungan silaturrahim menjadi terbangun, banyak mendapatkan
teman dan relasi baru. Dan yang ketiga, Ibrah “pelajaran” berharga yang aku
dapatkan dari sini (mungkin bisa dikatakan paling berharga) adalah belajar dari
komunitas orang-orang yang shaleh, komunitas yang benar-benar menjunjung tinggi
nilai-nilai keislaman seperti, menjaga pandangan, qiyamullail, shalat dhuha,
puasa senin kamis, membaca, dan ukhuwah yang begitu kuat dengan didasarkan pada
dasar-dasar keislaman.
No comments:
Post a Comment